Baru beberapa saat yang lalu di sela-sela istirahat siang, Saya menikmati bagian terakhir film Thor dengan titel “Thor : The Dark World” . Ada yang menarik ketika plot film produksi 2013 itu menunjukkan bagian dimana dialog pamungkas antara Thor dengan sang ayah, Raja Odin.
Thor yang diminta untuk menjadi raja setelah berhasil menyelamatkan dunia dari ancaman Malekith malahan memilih untuk tidak menjadi raja. Thor memilih kembali menjalani kehidupan seperti biasa dibandingkan menjadi seorang raja.
Thor menanggapi tawaran sang ayah dengan mengatakan, “I would rather be a good man than a great king”. Terjemahan bahasa Indonesianya kira-kira sebagai berikut, “Saya lebih memilih menjadi orang yang baik daripada menjadi raja yang agung”. Sebuah keputusan yang diapresiasi tinggi sang ayah yang sekaligus menunjukkan karakter asli dari Thor.
Bukan kebetulan yang biasa karena keputusan yang hampir sama juga dibuat seorang Lionel Messi. Pecinta sepakbola dunia terkejut karena seusai pertandingan final Copa America 2016, Messi memilih untuk pensiun dari tim nasional Argentina.
Messi yang tampil klimis seperti Thor memang gagal melakukan tendangan penalti di babak adu penalti sekaligus mengambil bagian dari kekalahan Argentina. Tetapi tidak ada satupun publik Argentina berharap dia secepat ini pensiun.
Dari 112 pertandingan, Messi mencetak 55 gol lebih 1 gol dari kepunyaan Batistuta yang sudah lama pensiun. Keran gol yang jelas akan semakin bertambah jika Messi mengurungkan diri untuk pensiun.
Apa alasan Messi ?. Tersirat maupun tersurat Messi menganggap dirinya sebagai penyebab kegagalan timnasnya untuk meraih kegagalan. Hal ini berarti bahwa keputusan Messi untuk berhenti dari tim nasional bukan berarti bahwa level Messi tidak mampu bermain di level tertinggi lagi, tetapi keputusan ini diyakini Messi akan membuka jalan untuk Argentina meraih prestasi. Dan itu dapat terjadi tanpa dirinya.
Saya sendiri berharap Messi merubah keputusannya. Copa America bahkan World Cup akan terasa hambar tanpa kehadiran seorang Messi. Publik sepakbola masih berharap seorang Messi dapat membawa pulang gelar bagi negaranya sekaligus mahkota bagi dirinya.Oleh karena itu, Saya berharap bahwa keputusan ini hanyalah keputusan dari sisi emosional Messi saja, sehingga harapan Messi untuk merubah keputusannya tetap terbuka lebar.
Beberapa hari ini Messi memang terlihat kurang stabil. Di tengah harapan “dunia” untuk menobatkannya sebagai seorang raja yang agung dengan mahkota Copa America 2016, Messi terlibat pertikaian verbal dengan petinggi sepakbola Argentina. Messi marah karena jadwal penerbangan mereka harus terlambat beberapa saat. Messi memang dibebani ekspetasi yang selalu tinggi. Ekspetasi ini memang tak lepas dari tuntutan dunia ini, dunia yang menghargai prestasi dan piala dan seringkali lupa akan sisi humanity . Kasihan Messi.
Tetapi sebelum final berlangsung, Messi sudah meminta maaf. Messi mengisyaratkan bahwa itu dilakukan karena tekanan yang besar sebelum final. Messi menyadari kesalahannya. Messi juga masih manusia.
Harapan tetaplah harapan. Tetapi keputusan tetap di tangan pemain yang sudah memiliki 113 caps bersama timnas Argentina. Namun jikalau Messi memang tetap memutuskan pensiun dari timnas, anggap saja Messi ingin mengatakan seperti yang dikatakan Thor, “I would rather be a good man than a great king”.
Respect Messi…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H