Kemacetan Kota Besar - Metropolitan
Merujuk pada TomTom Report berkaitan dengan kemacetan (Traffic Index ranking | TomTom Traffic Index ) gambarannya diberikan pada Peraga-5
Dari Peraga-5 ditemukan peringkat kota di Europe dengan kemacetan tinggi antara lain : London (UK), Dublin (Ireland), Milan (Italy), Bucharest (Romania), Paris (Perancis); sedangkan di Amerika Utara : New Mexico (Mexico), New York (USA), Toronto (Canada), Vancouver (Canada), Washington (USA); dan di belahan Asia antara lain : Bangaluru (India), Sapporo (Japan), Pune (India), Manila (Filipina), Taichung (Taiwan) - Tokyo (Japan) pada peringkat-8 disusul Jakarta (Indonesia). Sulit membayangkan Tokyo yang lebih macet daripada Jakarta tetapi demikianlah hasil pengamatan TomTom.
Populasi Greater Jakarta yang mencapai kisaran 42 juta terus bertambah sebagai dampak urbanisasi ataupun pertumbuhan penduduk pada ruang (spasial) yang tidak bertambah dikenal sebagai fenomena (Sumber); dan sejalan dengan efek pertambahan populasi bukan saja pada kebutuhan pangan tetapi energi, air, ruang, mobilitas, permukiman yang berimplikasi pada kesenjangan.
Berkaitan dengan mobilitas dengan bumbu kemacaten, beberapa catatan yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Pertumbuhan Ekonomi Nasional / Regional yang berdampak pada kesejahteraan dan mobilitas serta angkutan barang (Logistik)
2. Pertumbuhan kendaraan selaras dengan perkembangan teknologi antara lain : Autonomous Vehicle (aV), Electric Vehicle (eV), Fuel Vehicle (fV) dan Hydrogen Vehicle (hV)
3. Kemunculan Transportasi Publik Massal seperti MRT (East West Lane) dan perluasan MRT yang ada, perluasan layanan LRT (Light Raiway Transit.Â
Secara khusus perlu dipahami bahwa pertambahan kendaraan secara rerata pada kisaran 6% (lihat Peraga-7); sementara penambahan jalan (akses, arteri, jalan nasional / provinsi) tidak lebih dari 1%. Dengan demikian akan terjadi penumpukan alias kongesti / kemacetan.Â