Berdasarkan gambaran di atas, kinerja perdagangan (ekspor dan impor) non migas per semester, digabungkan dengan gambaran kinerja Juli 2018, selalu mengalami surplus dengan kecenderungan (trend) naik.
Kinerja ekspor Juli 2018 dibandingkan Juni 2018 naik 25,19% sedangkan dibandingkan dengan Juli 2017 (Year on Year : YoY) naik sebesar 19.33%. Bandingkan kinerja ekspor ini dengan dengan kondisi global trade, seperti diberikan pada Peraga-3, dengan prediksi kenaikan ekspor goods (YoY) hanya "single digit" atau kurang dari 10%.
Perlu dipahami bahwa perdagangan Indonesia sudah erat terkait dengan Global Value Chain (Rantai Nilai Global); dengan faktor partisipasi 44% (lihat report di sini); sehingga kenaikan ekspor selalu akan berimplikasi pada kenaikan impor (bahan mentah atau setengah jadi).
Hal lain penyebab kenaikan pada nilai impor Juli 2018 adalah impor barang modal yang tercatat sebesar US$ 2,88 miliar; naik 71,95% secara bulanan dan tumbuh 24,81% dibandingkan Juli 2017 (YoY). Fakta ini bagus karena mengindikasikan peningkatan investasi; hal yang lama ditunggu.Â
Gambaran peningkatan investasi non domestik (Foreign Direct Investment : FDI) diberikan pada Peraga-4.
Kenaikan aliran masuk investasi asing (FDI) yang terjadi dalam 3 (tiga) semester terakhir akan selalu berimplikasi pada peningkatan impor barang modal. Secara umum, pada setiap aliran dana masuk sebesar USD 100, akan berimplikasi kebutuhan impor barang modal pada rentang USD 45-USD 50. Tetapi patut diingat bahwa investasi saat ini akan memberikan imbalan (return) serta dorongan pertumbuhan pada 2-3 tahun mendatang.
Masalah Laten : Migas
Kinerja defisit perdagangan selalu dikaitkan dengan migas dan gambarannya diberikan pada Peraga-5 di bawah ini.
Defisit yang timbul pada migas terjadi akibat penurunan produksi minyak nasional yang saat ini berada pada kisaran 780 ribu barel minyak per hari (Barrel Oil Per Day : BOPD) dengan trend turun. Pada sisi konsumsi kebutuhan BBM (Bahan Bakar Minyak) pada kisaran setara 1,6 Juta barel per hari dengan kecenderungan meningkat; sehingga perlu kebijakan yang bersifat disinsentif untuk mengendalikan konsumsi (lihat kebutuhan BBM di sini).