Peraga-3 memberikan gambaran suplus perdagangan China terhadap USA.Â
Berdasarkan tren surplus China naik tetapi jika dibandingkan semester-1 2018 dengan semester-2 2017, terjadi penurunan hampir USD 20 Miliar.
Dalam 3 (tiga) bulan terakhir, terhadap mata uang Amerika (USD), Rupiah (IDR) mengalami depresiasi (penurunan nilai tukar); demikian juga dengan mata uang China Renminbi (CNY). Tetapi penguatan USD menjadi "Mata Uang Kuat" (Strong Currency) berdampak pada perekonomian USA yang mengalami Double-D Problem yaitu Defisit Perdagangan (Trade Deficit) dan Defisit Anggaran (Budget Deficit) meningkat.Â
Apa yang mempengaruhi kenaikan nilai tukar USD ? Grafik pada Peraga-3 di bawah ini menunjukkan bahwa naiknya yield (imbalan) US Treasury berdampak pada kenaikan nilai tukar USD terhadap mata uang global termasuk IDR. Penguatan mata uang USD ini akan berimplikasi pada peningkatan defisit dan beban utang USA.Â
Prakiraan Pertumbuhan 2018
Kenaikan harga minyak mentah dunia (International Crude Price) memang berdampak tekanan pada anggaran belanja pemerintah; tetapi tidak lantas menekan pertumbuhan. Dana THR yang dikucurkan menjelang hari raya merupakan faktor penting meningkatkan konsumsi masyarakat. Sementara penyaluran dana bantuan melalui Program Keluarga Harapan dengan sasaran Keluarga Penerima Manfaat, walaupun masih membutuhkan perbaikan tetapi bermanfaat mendorong pertumbuhan. Pembangunan infrastruktur yang terus bergulir telah menunjukkan hasil (lihat artikel : Capaian Infrastruktur dalam Kemelut Defisit dan Subsidi). Aliran dana masuk penanaman modal asing telah menunjukkan peningkatan. Mencapai target pertumbuhan 5.4% sesuai dengan APBN 2018 mungkin saja sulit. Tetapi dengan capaian Triwulan-1 dan Triwulan-2 2018, angka pertumbuhan PDB 2018 pada kisaran 5.2% - 5.3% merupakan prakiraan yang wajar.
Arnold Mamesah - 7 Agustus 2018
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H