Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gejolak Kurs Tukar dan Gelora Infrastruktur

31 Juli 2018   08:49 Diperbarui: 31 Juli 2018   08:53 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dollar Paper Plane - source : https://www.dreamstime.com

Infrastruktur dan Pemulihan Ekonomi

Pasca Perang Dunia II daratan Eropa (kecuali Eropa Timur) menjalankan Marshall Plan (Europe Recovery Program) yang diinisiasi USA dengan langkah penguatan koneksitas dan infrastruktur serta pemulihan industri. Hasilnya pada era 1950 - awal dekade 1970-an merupakan Masa Emas atau Golden Age Eropa. Upaya serupa dilakukan Jepang pada masa 1945 - 1970 yang sering disebut era Pemulihan Ajaib (Miracle Recovery).

Menanggapi artikel : "Capaian Infrastruktur dalam Kemelut Defisit dan Subsidi" seorang kerabat dari negeri Jiran, Prof. Erry Yulian Triblas Adesta, memberikan catatan dengan merujuk pada berita : "BI Dukung Pemerintah Tunda Proyek Infrastruktur untuk Jaga Defisit Transaksi Berjalan". Terhadap pembangunan infrastruktur yang digelorakan dan dijadikan fokus sejak 2015, banyak kritik dan sikap skeptis yang muncul dikaitkan dengan kemampuan keuangan (financing), tekanan defisit anggaran dan peningkatan utang serta yang paling hangat adalah depresiasi nilai tukar.

Untuk memahami fluktuasi kurs tukar Dolar Amerika (USD) terhadap Rupiah (IDR), Peraga-1 memberikan gambaran untuk masa 3 (tiga) tahun, Juni 2015 hingga Juni 2018, serta Indeks REER (Real Effective Exchange Rate) yang merepresentasikan kondisi nilai tukar nominal, inflasi domestik, perdagangan global, dan aliran dana (Foreign Portfolio Investment & Foreign Direct Investment).

Kurs Tukar dan Indeks REER - by Arnold M.
Kurs Tukar dan Indeks REER - by Arnold M.
Sumber informasi : 

1. Kurs Tukar : Bank Indonesia - Kalkulator Kurs

2. Indeks REER : Bank for International Settlement

Dalam masa Juni 2015 - Juni 2018, tren kurs tukar cenderung rata atau flat, rerata nilai tukar pada IDR 13.500 dengan fluktuasi pada besaran IDR 300; dengan depresiasi tahunan sebesar 1.7%. Sementara pada indeks REER, untuk masa yang sama trennya naik.

Transaksi Berjalan, Impor, Aliran Dana Investasi, dan Kurs Tukar

Untuk memahami kondisi Transaksi Berjalah (Current Account), Impor, dan Aliran Dana Investasi Langsung (FDI), gambarannya diberikan pada Peraga-2 untuk masa 2015 - 2018.

Indonesia Current Account FDI Import - by Arnold M.
Indonesia Current Account FDI Import - by Arnold M.
Sumber informasi : Bank Indonesia - SDDS

Dalam masa Triwulan-1 2015 hingga Triwulan-1 2018, rerata defisit Transaksi Berjalan pada besaran USD 4.5 Miliar dengan rerata fluktuasi sebesar USD 1.2 Miliar; rerata impor sebesar USD 35 Miliar dengan fluktuasi sekitar USD 3.8 Miliar. Khususnya aliran masuk Dana Investasi Langsung (FDI), sejak 2017 menunjukkan tren pemulihan sehingga berimplikasi pada peningkatan impor barang modal. Kondisi peningkatan impor ini merupakan suatu kewajaran dan manfaatnya akan dirasakan pada tahun-tahun selanjutnya berupa peningkatan produksi serta efisiensi yang kelak berimplikasi kenaikan output atau Produk Domestik Bruto (PDB).

Lantas apa yang menyebabkan tekanan pada kurs tukar ? Peraga-3 memberikan gambarannya.

Exchange Rate and FPI - by Arnold M.
Exchange Rate and FPI - by Arnold M.
Sumber informasi : Bank Indonesia - SDDS

Peraga-3 menunjukkan bahwa tekanan kurs tukar (nominal) atau depresiasi IDR  sangat dipengaruhi aliran dana investasi portofolio (FPI). Kondisi ini berkaitan dengan tren global sejalan dengan normalisasi kebijakan moneter pada Bank Sentral Utama (US The Fed, European Central Bank, Bank of Japan); khususnya US The Fed yang menaikkan suku bunga rujukan atau Fed Fund Rate. Sementara genderang Perang Dagang (Trade War) yang digaungkan Presiden US Donald Trump mendapatkan perlawanan dalam bentuk "manipulasi terselubung mendepresiasikan nilai tukar" atau yang sering disebut sebagai Currency War demi mempertahankan nilai ekspor.

Bias Paham Infrastruktur 

Bukan hal yang mengejutkan jika gelora pembangunan infrastruktur akan mendapatkan tentangan ibarat perjalanan panjang dengan terjal alias "Long and Winding Road". Pemikiran dan pemahaman "santapan mie instan" yang cepat siap saji dan segera dinikmati dengan beban murah menjadi sesatan yang kemudian memunculkan sikap skeptis dan bias konfirmasi (Confirmation Bias).

Keengganan memahami secara utuh kebijakan stimulus yang berimplikasi defisit serta peningkatan utang; mendalami "causal - impact" pada fluktuasi nilai tukar; serta menganalisis situasi perdagangan dan finansial global dengan dukungan data dan fakta berbasis pada Generally Accepted Economic Principle akan menghasilkan komentar dan kritisi yang dangkal.

Pembelajaran dari daratan Eropa dan Jepang yang membutuhkan satu dekade dan terus berlanjut, selayaknya mengingatkan bahwa pembangunan infrastruktur Indonesia bukan sekedar permainan bidak dan gambit Catur yang harus ditunda setelah hanya berlangsung beberapa langkah.

Arnold Mamesah - Penghujung 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun