Infrastruktur dan Pemulihan Ekonomi
Pasca Perang Dunia II daratan Eropa (kecuali Eropa Timur) menjalankan Marshall Plan (Europe Recovery Program) yang diinisiasi USA dengan langkah penguatan koneksitas dan infrastruktur serta pemulihan industri. Hasilnya pada era 1950 - awal dekade 1970-an merupakan Masa Emas atau Golden Age Eropa. Upaya serupa dilakukan Jepang pada masa 1945 - 1970 yang sering disebut era Pemulihan Ajaib (Miracle Recovery).
Menanggapi artikel : "Capaian Infrastruktur dalam Kemelut Defisit dan Subsidi" seorang kerabat dari negeri Jiran, Prof. Erry Yulian Triblas Adesta, memberikan catatan dengan merujuk pada berita : "BI Dukung Pemerintah Tunda Proyek Infrastruktur untuk Jaga Defisit Transaksi Berjalan". Terhadap pembangunan infrastruktur yang digelorakan dan dijadikan fokus sejak 2015, banyak kritik dan sikap skeptis yang muncul dikaitkan dengan kemampuan keuangan (financing), tekanan defisit anggaran dan peningkatan utang serta yang paling hangat adalah depresiasi nilai tukar.
Untuk memahami fluktuasi kurs tukar Dolar Amerika (USD) terhadap Rupiah (IDR), Peraga-1 memberikan gambaran untuk masa 3 (tiga) tahun, Juni 2015 hingga Juni 2018, serta Indeks REER (Real Effective Exchange Rate) yang merepresentasikan kondisi nilai tukar nominal, inflasi domestik, perdagangan global, dan aliran dana (Foreign Portfolio Investment & Foreign Direct Investment).
1. Kurs Tukar : Bank Indonesia - Kalkulator Kurs
2. Indeks REER : Bank for International Settlement
Dalam masa Juni 2015 - Juni 2018, tren kurs tukar cenderung rata atau flat, rerata nilai tukar pada IDR 13.500 dengan fluktuasi pada besaran IDR 300; dengan depresiasi tahunan sebesar 1.7%. Sementara pada indeks REER, untuk masa yang sama trennya naik.
Transaksi Berjalan, Impor, Aliran Dana Investasi, dan Kurs Tukar
Untuk memahami kondisi Transaksi Berjalah (Current Account), Impor, dan Aliran Dana Investasi Langsung (FDI), gambarannya diberikan pada Peraga-2 untuk masa 2015 - 2018.