Kepak Perekonomian Garuda
Pada artikel : "Skenario Hadapi Ancaman Krisis Global" (artikel lengkap klik di sini), diberikan prakiraan pemicu krisis global dalam 2 (dua) tahun ke depan yaitu : Efek Tularan Utang (Eropa Selatan), Goncangan pada Bursa Saham US, Ledakan Utang (Private) China, Letusan Gelembung Usaha Rintisan (Start Up), dan Krisis (Konflik) di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sementara dalam memprediksi pertumbuhan perekonomian Indonesia, para pemegang kebijakan fiskal (Kementerian Keuangan termasuk Kementerian Koordinator Ekonomi) dan moneter (Bank Indonesia) memposisikan perdagangan global sebagai andalan untuk mendorong pertumbuhan dengan merujuk pada kinerja perdagangan 2017 yang memberikan surplus hingga USD 11.8 Miliar. Faktor peningkatan investasi infrastruktur tetap menjadi harapan serta peningkatan konsumsi masyarakat. Trumponomics (kebijakan perekonomian Presiden US Donald Trump) pada perekonomian Amerika (US) termasuk dampak kebijakan "cut tax", dipandang akan mendorong pertumbuhan ekonomi Amerika sehingga berpengaruh pada perekonomian global. Agar memahami lebih dalam, Peraga-6 memberikan gambaran perekonomian US.
Pada kenyataannya dalam perdagangan global US masih mengalami defisit pada kisaran USD 45 Miliar per bulan. Sementara tren defisit anggaran belum berbalik arah menuju keseimbangan dan cenderung bertambah. Ditambah dengan kebijakan "cut tax", defisit anggaran US akan meningkat sehingga menambah tekanan pada beban utang serta berpotensi menimbulkan gejolak. Situasi perekonomian US yang rentan seperti juga China, akan berpotensi menghadirkan tekanan terhadap perekonomian Indonesia karena sekitar 25% pasar ekspor Indonesia adalah US dan China.
Dengan memahami kondisi perdagangan global yang dan rentan, Orkestra Infrastruktur tetap menjadi pilihan utama; dan hal ini memerlukan keberanian serta sikap progresif dalam defisit anggaran pemerintah.Â
Sementara peningkatan relasi dengan perekonomian yang menunjukkan peningkatan seperti Jepang dan Korea Selatan termasuk bergabung ke dalam Trans Pacific Partnerhip-11 (CPTPP : Comprehensive and Progressive Agreement for Trans Pacific Partnership) perlu segera menjadi fokus termasuk memperluas perdagangan dengan basis FTA (Free Trade Agreement) antar negara; tanpa mengandalkan skema perdagangan bebas semata.
Arnold Mamesah - 25 Januari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H