Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Presidenomics Kurang Bumbu

24 Agustus 2017   19:06 Diperbarui: 24 Agustus 2017   21:25 1981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
US GDP Growth Inflation Unemployment - koleksi Arnold M.

Sejak awal pemerintahan Jokowi, pembangunan infrastruktur menjadi tema sentral dan prioritas sebagai upaya peningkatan belanja; sementara pemberian subsidi dalam energi sangat dibatasi. Dalam hal iklim usaha, berbagai paket stimulus ekonomi diterbitkan untuk memberikan kemudahan dan menarik minat investasi domestik dan asing. 

Untuk mengeliminasi pengikis daya beli masyarakat, inflasi sudah dapat dikendalikan dan gambarannya diberikan pada peraga berikut ini.

Peraga-4 : Tingkat Inflasi 

Inflasi YoY - koleksi Arnold M.
Inflasi YoY - koleksi Arnold M.
Sumber informasi : Bank Indonesia

Sejak 2015 tren penurunan inflasi terus berlangsung menuju kisaran 4%. Kondisi nilai tukar mata uang Rupiah (IDR) terhadap valuta asing, terutaman Dolar Amerika (USD) pada posisi stabil dengan rentang IDR 13.300 - 13.400 (untuk USD 1). Pada 2015 dan 2016 dalam kondisi nilai ekspor turun, masih terjadi surplus dalam perdagangan.

Dengan kondisi moneter dan perdagangan global stabil, Jokowinomics belum sepenuhnya mengadopsi menu Reaganomics atau Japanomics yaitu meningkatkan dan maksimalisasi defisit anggaran. Bendahara Umum Negara, yaitu Menteri Keuangan, cenderung membatasi defisit dan berupaya meningkatkan penerimaan negara melalui pajak bukan relaksasi. Kondisi ini menyebabkan menu Jokowonomics tidak dapat disamakan dengan Reaganomics atau Japanomics sehingga jangan mengharapkan hasil optimal; ibarat menu "kurang bumbu".

Arnold Mamesah - 24 Agustus 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun