Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Presidenomics Kurang Bumbu

24 Agustus 2017   19:06 Diperbarui: 24 Agustus 2017   21:25 1981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Japanomics

Kondisi stagnasi pertumbuhan juga terjadi di negari Sakura, Jepang, pada dekade akhir abad XX. Gambaran kondisi pertumbuhan ekonomi dan defisit anggaran Jepang diberikan pada peraga berikut ini.

Peraga-3 : Japan GDP Growth and Deficit

Japan GDP Growth and Deficit - koleksi Arnold M.
Japan GDP Growth and Deficit - koleksi Arnold M.
Sumber informasi : IMF (dengan pengolahan)

Pada 1992-1993 pertumbuhan ekonomi Jepang di bawah 1% dan pemulihannya dengan resep Japanomics; yang dilakukan dengan "bumbu" peningkatan defisit anggaran hingga mencapai 10,2% pada 1998; tetapi kemudian pada 2007 turun menjadi 2,8%.

Memperhatikan strategi pemulihan perekonomian US ala Reaganomics dan Jepang, pilihan defisit dengan dampak peningkatan utang bukan hal yang luar biasa. Sebagai gambaran diberikan kondisi rasio utang terhadap PDB.

Peraga-4 : Debt to GDP Ratio

Debt to GDP Ratio Trend - koleksi Arnold M.
Debt to GDP Ratio Trend - koleksi Arnold M.
Sumber informasi : IMF. Catatan. Adv. Eco : Advanced Economies atau Negara Maju; EMDE : Emerging Market & Developing Economies.

Secara umum, rerata rasio utang terhadap PDB negara maju (2016) pada 106%, US : 107%, dan Jepang : 239%. Sementara untuk Emerging Market & Developing Economies rerata rasio utang : 48%; Indonesia masuk di sini dengan rasio utang pada akhir 2016 : 28%. Sebagai catatan, 65% dari utang US sumbernya domestik; Jepang mencapai 70%.

Jokowinomics

Sebutan Jokowinomics mengadopsi Reaganomics dan Japanomics. Di tengah gejolak perekonomian global pasca Krisis Finansial 2008, pertumbuhan PDB Indonesia mengalami tekanan dengan tingkat inflasi berada di atas 7%; mirip dengan US jelang pemerintahan Presiden RR dan Jepang pada dekade 1990-an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun