Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Godaan Pasar Global

21 Agustus 2017   14:33 Diperbarui: 24 Agustus 2017   17:14 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Trend surplus perdagangan Indonesia pada 2015- 2016 dan paruh pertama 2017 menggoda untuk mendapatkan dorongan pertumbuhan dari perdagangan. Kondisi tersebut tergambar juga dari trend surplus perdagangan seperti pada Peraga-1.

Peraga-1 : Trend Surplus Perdagangan Indonesia - Triwulanan

Indonesia Quarterly Trade Balance - koleksi Arnold M.
Indonesia Quarterly Trade Balance - koleksi Arnold M.
Sumber informasi : Bank Indonesia - SDDS (dengan pengolahan)

Dalam masa 2015 hingga Triwulan-2 2017, kecenderungan (trend) surplus perdagangan meningkat (garis putus merah).

Sementara gambaran indeks harga komoditas diberikan pada peraga berikut ini.

Peraga-2 : Indeks harga komoditas (energi dan non energi)

Sumber informasi : IMF Commodity Price Index (dengan pengolahan)
Sumber informasi : IMF Commodity Price Index (dengan pengolahan)
Berdasarkan gambaran 10 tahun terakhir, sejak pra Krisis Finansial 2008 hingga Triwulan-2 2017, kecenderungan indeks harga komoditas (energi dan non energi) turun; dengan indeks energi turun lebih dalam. Kecenderungan penurunan harga ini akan berdampak pada penerimaan negara yang mengandalkan komoditas (energi dan non energi) serta menimbulkan kondisi berlebihan (excessiveness atau over supply). Negara produsen komoditas akan berusaha meningkatkan produksi dengan untuk meningkatkan penerimaan; berdampak pada perang harga atau melakukan "manipulasi nilai tukar mata uang" dengan berbagai cara (currency war). Sejalan dengan kecederungan pertumbuhan ekonomi global yang masih tertekan, sulit berharap terjadi peningkatan permintaan (demand); dan kembali muncul tekanan pada harga komoditas.

Pada sisi lain, kinerja mata uang Rupiah dalam 24 (dua puluh empat) bulan terakhir gambarannya diberikan pada peraga berikut.

Peraga-3 : Kinerja Mata Uang Berdasarkan BIS Real Effective Exchange Rate Index

ASEAN and US Currency Performance - koleksi Arnold M.
ASEAN and US Currency Performance - koleksi Arnold M.
Sumber informasi : Bank for International Settlement (BIS - REER Index, dengan pengolahan)

Peraga-3 menunjukkan bahwa dalam 24 bulan terakhir nilai tukar Rupiah berdasarkan Real Effective Exchange Rate Index kecenderungannya naik; sementara Dolar Amerika (USD) dan mata uang ASEAN lainnya (Ringgit Malaysia, Peso Filipina, Dolar Singapore, Baht Thailand) turun. Selayaknya dengan kondisi surplus perdagangan, inflasi terkendali, dan peningkatan aliran dana masuk investasi portofolio, nilai tukar nominal tukar nominal akan terapresiasi (naik). Tetapi (mungkin) dengan pertimbangan kondisi global dan perdagangan, Bank Indonesia memilih untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar nominal USD 1 pada rentang IDR 13.300 - 13.400.

Di balik kecenderungan positif surplus perdagangan dan kinerja mata uang, menunjukkan bahwa belum terjadi peningkatan impor barang modal yang merupakan indikator peningkatan investasi. Sehingga sulit berharap ada dorongan pertumbuhan pada masa mendatang. Kondisi surplus perdagangan akan mudah goyah dan menjadi sebaliknya saat terjadi penurunan harga akibat kondisi "excessiveness". Peningkatan aliran masuk dana investasi portofolio memang menjadi indikator kepercayaan penanam modal (investor) tetapi pada sisi lain juga rawan terhadap goncangan atau "shock" yang berakibat "capital flight" atau aliran keluar dalam jumlah besar dan berpotensi menimbulkan krisis.

Tidak salah berharap pada perdagangan global; tetapi investasi terutama pada sektor infrastruktur tetap menjadi fokus.

Arnold Mamesah - 21 Agustus 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun