Trend surplus perdagangan Indonesia pada 2015- 2016 dan paruh pertama 2017 menggoda untuk mendapatkan dorongan pertumbuhan dari perdagangan. Kondisi tersebut tergambar juga dari trend surplus perdagangan seperti pada Peraga-1.
Peraga-1 : Trend Surplus Perdagangan Indonesia - Triwulanan
Dalam masa 2015 hingga Triwulan-2 2017, kecenderungan (trend) surplus perdagangan meningkat (garis putus merah).
Sementara gambaran indeks harga komoditas diberikan pada peraga berikut ini.
Peraga-2 : Indeks harga komoditas (energi dan non energi)
Pada sisi lain, kinerja mata uang Rupiah dalam 24 (dua puluh empat) bulan terakhir gambarannya diberikan pada peraga berikut.
Peraga-3 : Kinerja Mata Uang Berdasarkan BIS Real Effective Exchange Rate Index
Peraga-3 menunjukkan bahwa dalam 24 bulan terakhir nilai tukar Rupiah berdasarkan Real Effective Exchange Rate Index kecenderungannya naik; sementara Dolar Amerika (USD) dan mata uang ASEAN lainnya (Ringgit Malaysia, Peso Filipina, Dolar Singapore, Baht Thailand) turun. Selayaknya dengan kondisi surplus perdagangan, inflasi terkendali, dan peningkatan aliran dana masuk investasi portofolio, nilai tukar nominal tukar nominal akan terapresiasi (naik). Tetapi (mungkin) dengan pertimbangan kondisi global dan perdagangan, Bank Indonesia memilih untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar nominal USD 1 pada rentang IDR 13.300 - 13.400.
Di balik kecenderungan positif surplus perdagangan dan kinerja mata uang, menunjukkan bahwa belum terjadi peningkatan impor barang modal yang merupakan indikator peningkatan investasi. Sehingga sulit berharap ada dorongan pertumbuhan pada masa mendatang. Kondisi surplus perdagangan akan mudah goyah dan menjadi sebaliknya saat terjadi penurunan harga akibat kondisi "excessiveness". Peningkatan aliran masuk dana investasi portofolio memang menjadi indikator kepercayaan penanam modal (investor) tetapi pada sisi lain juga rawan terhadap goncangan atau "shock" yang berakibat "capital flight" atau aliran keluar dalam jumlah besar dan berpotensi menimbulkan krisis.
Tidak salah berharap pada perdagangan global; tetapi investasi terutama pada sektor infrastruktur tetap menjadi fokus.
Arnold Mamesah - 21 Agustus 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H