Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Darurat Utang Akibat Sesat Paham

28 Juli 2017   15:37 Diperbarui: 1 Agustus 2017   11:01 5080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pajak dan Pertumbuhan Berkelanjutan
Selain kondisi defisit, masalah laten yang menyebabkan defisit meningkat adalah pada penerimaan negara. Dua komponen utama dari penerimaan pajak adalah Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Gambaran penerimaan PPh dan PPN beserta rasio terhadap PDB diberikan pada Peraga-5.

Peraga-4: Penerimaan PPh dan PPN (Sumber informasi: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat - Kementerian Keuangan)

Trend Penerimaan PPh dan PPN - koleksi Arnold M.
Trend Penerimaan PPh dan PPN - koleksi Arnold M.
Pada 2015 dan 2016 penerimaan PPh meningkat demikian juga rasionya terhadap PDB, tetapi dalam hal PPN terjadi anomali. Dengan pertumbuhan yang didorong konsumsi dan investasi, penerimaan PPN mengalami stagnasi bahkan turun; sedangkan rasio PPN terhadap PDB terus turun sejak 2013 hingga 2016. Kondisi ini memberikan signal penurunan daya beli masyarakat yang selaras dengan tingkat inflasi yang turun. Tetapi pada sisi lain merupakan gejala (symptom) peningkatan transaksi "bawah tanah atau underground" yang dilakukan secara sengaja, tanpa pengenaan pajak atau dengan sengaja mengelak dari pajak; serta tidak terjangkau fiskus (petugas pajak). Hal ini sebenarnya yang menjadi perhatian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI). Lihat artikel "Kesuraman Ekonomi Global dan Membuka Tabir 'Dirty Money & Underground Economy'". Lengkapnya klik di sini).

Bagaimana kelanjutan perekonomian jika mengalami defisit dan peningkatan utang tetapi mengalami pertumbuhan berkelanjutan ? Gambaran pada Peraga-5 menunjukkan dengan defisit tetapi mendorong pertumbuhan, rasio utang terhadap PDB turun.

Peraga-5 : Model Pertumbuhan Perekonomian Indonesia Menuju 2030

Model Pertumbuhan PDB dan Rasio Utang - koleksi Arnold M.
Model Pertumbuhan PDB dan Rasio Utang - koleksi Arnold M.
Mencermati Peraga-5, walaupun utang bertambah dalam kondisi pertumbuhan berkelanjutan, rasio utang 2017 sebesar 28,2%, pada 2030 diproyeksikan rasio utang terhadap PDB berada di bawah 30%; namun dengan besaran PDB yang hampir 3 kali besaran 2016.

Lantas mengapa cemas dan beranggapan terjadi kondisi darurat utang ? Apakah utang hari ini harus dilunasi besok? Hal demikian merupakan sesat paham; menghindari defisit dan penambahan utang akan berdampak penyusutan perekonomian dengan berbagai implikasi sosialnya.

Arnold Mamesah - 28 Juli 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun