Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Surplus Bagus tetapi Defisit Perdagangan Perlu

18 Mei 2017   03:20 Diperbarui: 18 Mei 2017   08:47 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdagangan Internasional 2017 - Koleksi Arnold M.

pertumbuhan-utang-ln-591c9d66ae7e6129058b4567.png
pertumbuhan-utang-ln-591c9d66ae7e6129058b4567.png
Sumber informasi : Bank Indonesia - SULNI

Peraga-4 menunjukkan trend utang luar negeri pemerintah meningkat sementara swasta turun; kondisi ini mengindikasikan penurunan minat swasta berinvestasi dan selanjutnya akan menekan pertumbuhan usaha pada masa mendatang. 

Utang dan Defisit Perdagangan

Peningkatan utang pemerintah tidak perlu dicemaskan karena sejalan dengan kebijakan stimulus dan perlu dana untuk pembangunan infrastruktur. Bahkan pertumbuhan utang pemerintah seharusnya lebih agresif untuk percepatan pembangunan; tetapi hal ini akan mendapat tentangan akibat pemahaman yang dangkal tentang utang. (Lihat artikel : "Saatnya Berutang" dengan klik di sini).

Kondisi surplus perdagangan memang bagus tetapi lebih menggembirakan jika terjadi defisit akibat peningkatan impor barang modal untuk infrastruktur dan pengembangan industri yang pada masa mendatang akan mendorong pertumbuhan. Seringkali muncul pemahaman bahwa kondisi defisit akan menimbulkan depresiasi nilai tukar mata uang Rupiah. Yang terjadi justru sebaliknya karena faktor aliran masuk dana investasi asing akan memperkuat nilai tukar (apresiasi) dan dalam kondisi tertentu dapat mengancam ekspor.i

Investasi bukan sekedar mendorong pertumbuhan masa kini tetapi mempersiapkan masa depan. Saat sumber dana untuk investasi tidak tersedia maka pilihannya adalah utang demi pertumbuhan dengan rentang waktu panjang bukan hanya 1-2 tahun.

Arnold Mamesah - 18 Mei 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun