Selain mengupayakan tambahan penerimaan pajak, Tax Amnesty diharapkan memberikan manfaat dari "dana balik kandang" (repatriasi) untuk digunakan dalam investasi produktif. Kenyataannya dana yang telah balik kandang banyak yang mengendap dan berimplikasi kenaikan beban bunga yang ditanggung perbankan. (lihat berita : OJK: 71 Persen Dana Repatriasi Mengendap di Perbankan).Â
Pada sisi lain, perbankan diharapkan dapat menurunkan bunga pinjaman yang masih "double digit"; sementara tidak bisa disangkal perbankan harus mencadangkan tambahan dana akibat ancaman kenaikan NPL (Non Performing Loan); indikasinya pada kondisi terkini tentang lonjakan restrukturisasi kredit. Â
Rendahnya minat dapat dilihat dari pertumbuhan kredit perbankan selama 2016 (lihat berita : BI Catat 2016 Kredit Tumbuh 9%); Dengan indikasi demikian berarti pertumbuhan permintaan barang konsumsi rendah dan menyurutkan minat investasi yang kembali berimplikasi pada faktor dorongan pertumbuhan. Secara umum, penurunan minat investasi ini merupakan wujud sikap dunia usaha khususnya korporasi dalam menyelesaikan Problem Resesi Neraca (Balance Sheet Recession); dalam kondisi seperti ini stimulus berupa belanja pemerintah menjadi faktor penting untuk memacu investasi (1).
Langkah Antisipasi
Kontraksi pertumbuhan perlu ditanggulangi agar tidak berulang; walaupun berdasarkan pola sebelumnya pertumbuhan triwulan-1 akan lebih rendah daripada triwulan-4 tahun sebelumnya. Berharap pada pertumbuhan dari perdagangan masih sulit dalam kondisi gejolak global; sehingga "strategi mengembangkan pasar domestik" (2) menjadi pilihan utama.Â
Mungkin saja SMI masih tetap optimis dan terobsesi untuk kejar setoran dana tebusan Tax Amnesty sebesar IDR 165 Triliun. Tetapi perlu memperhatikan berbagai implikasi terhadap pertumbuhan (3). Sedangkan dalam hal penerimaan pajak, bukan sekedar reformasi perpajakan tetapi ada sasaran lain yang perlu ditangani secara cerdas yaitu : "Dirty Money & Underground Economy" yang konon mewakili 30%-40% PDB (4).
Â
Arnold Mamesah
Masyarakat Infrastruktur Indonesia - 6 Februari 2017
Rujukan artikel Arnold M.Â
(1) Artikel : Ekspansi Fiskal Atasi Dampak Berantai Resesi Neraca