Lalu bagaimana dampak "Rebalancing Ekonomi RRT" khususnya pada perdagangan global ?
Kemungkinan penurunan pertumbuhan China akan dirasakan pada nilai ekspor khususnya komoditas dan energi. Besar penurunan nilai tersebut dapat dihitung dengan menggunakan Indeks Elastisitas (Elasticity Index) terhadap Kebutuhan Barang dan Komoditas. Rerata 2016 besaran ekspor Indonesia ke China per bulan USD 1,2 Miliar, atau sekitar 10% rerata total ekspor. Jika pertumbuhan China turun sebesar 2%; dengan Elasticity Index China = 1,84 (Rujukan IMF Report : The Global Trade Slowdown : Cyclical or Structural ?, halaman 42); besar penurunan impor China diprakirakan tidak lebih dari 4% (2 * 1,84).  Nilai tersebut tidak akan terlalu berpengaruh; tetapi yang layak dicermati adalah ekspansi ekspor China yang akan berusaha dengan berbagai cara termasuk penurunan harga akibat "oversupply" produksi di China.
Pasca Krisis Finansial 2008, China mengeluarkan kebijakan Paket Stimulus Ekonomi untuk investasi khususnya sektor infrastruktur senilai Renminbi (CNY) 4 Triliun (sekitar USD 586 Miliar). Dengan paket tersebut diharapkan dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi (lihat artikel : China’s Economy: After the Stimulus). Memang penurunan pertumbuhan China dapat dicegah tetapi kemudian menimbulkan tekanan pada pengembalian pinjaman yang telah diberikan. Kondisi demikian membuat aliran investasi ke China menurun dan sebaliknya menimbulkan pelarian modal (Lihat artikel : Modal Tinggalkan China Pindah ke Indonesia). Demi mempertahankan nilai tukar akibat dari tekanan "capital outflow" menyebabkan cadangan devisa China berkurang, seperti pada Peraga-6.
Peraga-6 : Posisi Cadangan Devisa China dan Indonesia
Selama masa 2015 - 2016 cadangan devisa China berkurang hampir 20% (sekitar USD 700); sementara Indonesia naik 6%. Sebagai upaya mencegah ancaman krisis sektor keuangan akibat tekanan pengembalian utang sektor korporasi, IMF telah memberi peringatan China. Demikian juga berdasarkan kajian terhadap kecenderungan pada beberapa indikator, kondisi China mengarah ke dalam krisis keuangan.
Siklus Perekonomian dan Strategi Pemulihan
Merujuk pada siklus perekonomian seperti pada Peraga-7, berdasarkan beberapa indikator misalnya trend pertumbuhan, inflasi, indeks nilai tukar, dan cadangan devisa, maka dapat diposisikan perekonomian Indonesia berada pada tahapan pemulihan (Up Turn).
Peraga-7 : Siklus Perekonomian
Peraga-8 : Global New Normal