Walaupun secara tahunan terjadi peningkatan pada surplus perdagangan, perlu diwaspadai penurunan impor khususnya pada barang mentah dan perantara (intermediary) produksi dan juga penurunan impor barang modal. Sementara penurunan aliran dana investasi langsung akan berdampak pada pertumbuhan masa mendatang juga pada perluasan lapangan kerja.
Menarik untuk mengamati pergerakan suku bunga pinjaman, khususnya kredit investasi, yang masih "double digit" atau di atas 10%. Pada satu sisi, rendahnya minat dunia usaha untuk berinvestasi menyebabkan dana di bank "idle" atau tidak terpakai. Sementara perbankan cenderung (sangat) berhati-hati dalam melakukan memberikan kredit karena resiko yang mungkin masih dianggap tinggi. Tetapi indikasi NPL (Non Performing Loan) atau kredit yang wanprestasi pada kisaran 3.2% dengan kecenderungan meningkat, menyebabkan perbankan perlu meningkatkan dana cadangan.Â
Dengan kondisi mirip "lingkaran setan" ini, penurunan suku bunga masih akan berjalan lamban. Dalam mengatasi situasi ini, tidak dapat dengan sekedar himbauan atau "instruksi" kepada perbankan untuk penurunan suku bunga. Tetapi dengan peningkatan aktivitas belanja pemerintah akan menjadi "stimulant" atau perangsang bagi sektor swasta untuk meningkatkan kegiatan dan selanjutnya meningkatkan permintaan pinjaman. Dalam situasi persaingan untuk "menjual dana", maka akan terjadi koreksi (baca penurunan) suku bunga secara wajar.
Sektor Pertumbuhan
Melalui media sosial seorang rekan mengirim materi paparan Badan Pusat Statistik (BPS) yang memuat pertumbuhan Triwulan-3 2016 berdasarkan 17 sektor seperti pada Peraga-3.
Dengan formula Pareto 80/20, strategi fokus domestik akan memperkuat sektor industri secara berkelanjutan tetapi pada sisi lain dengan peningkatan mutu dan produktivitas, produk yang dihasilkan harus mampu dan layak menjangkau pasar non domestik. Sisi non domestik alias ekspor merupakan langkah lanjutan.
Arnold Mamesah - 4 Januari 2017Â
(Modifikasi gambar, 7 Januari 2017 - 19:45)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H