Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Outlook" Perekonomian tetapi "Overlook"!

15 Desember 2016   09:48 Diperbarui: 15 Desember 2016   20:19 1629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Model Defisit dan Peningkatan Utang - disusun : Arnold M.)

.

Sumber Informasi : IMF
Sumber Informasi : IMF
Sumber Informasi : IMF

Memperhatikan Peraga-4 pada 2015-2016, peningkatan defisit mendorong pertumbuhan tetapi dampak peningkatan rasio utang terhadap PDB tidak terlalu berarti (signifikan). Dengan mengingat ketentuan perundangan (UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara), memaksimalkan defisit anggaran hingga 3% akan lebih mendorong peningkatan pertumbuhan.

Model defisit anggaran maksimal (3%) dan implikasinya terhadap rasio utang diberikan pada Peraga-5.

(Model Defisit dan Peningkatan Utang - disusun : Arnold M.)
(Model Defisit dan Peningkatan Utang - disusun : Arnold M.)
Dalam model diatas digunakan asumsi defisit anggaran maksimun yang besarnya 3% dari PDB; sementara PDB bertumbuh hingga mencapai 6%; demikian juga penerimaan pajak berdasarkan Rasio Pajak (dalam arti sempit, tanpa memperhitungkan Penerimaan Negara Bukan Pajak atau PNBP). Dengan model tersebut, PDB meningkat dari sekitar 12.700 Triliun Rupiah pada awal 2017 menjadi 20.000 Triliun Rupiah pada akhir 2025; sedangkan rasio utang terhadap PDB turun dari 30,7% menjadi 23,3% seperti digambarkan pada Peraga-6.

[caption caption="Trend PDB dan Utang"]

[/caption]

Tidak dapat disangkal proses penetapan anggaran (APBN) melibatkan Dewan Perwakilan Rakyat yang kental dengan aroma politik. Peningkatan utang akan selalu diganjal dengan berbagai retorika seperti : "merampok hak anak dan cucu" atau "penambahan utang bak menggadaikan negeri". Pada kenyataannya retorika itu hanyalah bualan kosong dan jika memperhatikan model pada Peraga-5, justru peningkatan defisit dan penambahan utang pada kemudian hari menurunkan rasio utang.

Dengan anggaran pemerintah sebagai penggerak, bendahara negara yaitu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati perlu menerobos pola pemikiran yang anti peningkatan defisit dan anti penambahan utang tetapi kemudian tidak memberikan jalan keluar. Kondisi perekonomian global sudah sangat bergejolak termasuk berkembangnya "New Normal". Memang dalam menyusun pandangan perekonomian perlu optimis serta kehati-hatian; tetapi sangat "overlook" jika berharap banyak pada swasta dan peningkatan pertumbuhan yang signifikan tanpa peningkatan investasi pada tahun-tahun sebelumnya. 

Dalam New Normal perekonomian global, layak diperhatikan adagium penerima Anugerah Nobel Ekonomi 2008, Paul Krugman : "Virtue is vice, Caution is risky, Prudence is folly".

 

S. Arnold Mamesah - 15 Desember 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun