Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tax Amnesty Episode: Repatriasi yang Mematri Tiga Tahun

3 Oktober 2016   15:31 Diperbarui: 5 Oktober 2016   13:01 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

Pilihan Repatriasi 

Waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB, pada suatu Kamis di pertengahan September 2016 saat Tuan Tobat Pribadi (TP) menyelesaikan santap malam di salah satu restoran mewah area SCBD, Jakarta Selatan, bersama SGP (nick name), "Financial Advisor" dari negara tetangga. SGP memulai pembicaraan dengan ungkapan pesimisme akan keberhasilan program Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) yang Episode I berakhir 30 September 2016. Selembar kertas berisi ringkasan penjelasan dan angka disampaikan kepada Tuan Tobat Pribadi lantas yang menerima dengan antusias. 

SGP melanjutkan penjelasannya dengan Tuan Tobat Pribadi memperhatikan dan mencerna secara cermat. Dana milik Tuan Tobat Pribadi sebesar USD (Dolar Amerika) 50 Juta yang saat ini 'idle" di salah satu Bank di Singapore perlu mendapatkan tempat berbiak yang memberikan imbalan tertinggi. Lebih satu jam percakapan berlangsung dan belum ada titik temu hingga Tuan Tobat Perkasa pamit karena terima pesan BBM untuk "rendevouz".

Saat meluncur di jalan raya menuju tempat "rendevouz", Tuan Tobat Pribadi menghubungi rekannya, dengan nama panggilan Bang Andalan, seorang direktur bank "platmerah". Tuan Tobat Pribadi menyampaikan niatnya "mendepositokan" dana sebesar USD 50 Juta. Sang direktur menyambut hangat dan setelah bernegosiasi, diberikan jaminan imbalan sebesar 15% (net setelah pajak) untuk masa 3 tahun. Tuan Tobat Perkasa menyambut gembira tetapi menjanjikan akan memberikan jawaban keesokan harinya. 

Sungguh suatu kebetulan saat melangkah masuk ke tempat "rendevouz", Tuan Tobat Pribadi bertemu dengan seorang rekan konsultan yang juga pengamat dan penulis artikel, Tuan Arnika Mantap (AM). Setelah sesaat berbasa-basi, mimik Tuan Tobat Pribadi menjadi serius dan melontarkan pertanyaan, "Kira-kira menurut prediksi, dalam 3 (tiga) tahun mendatang apakah Rupiah akan menguat?" Walaupun terkejut, Tuan Arnika Mantap tetap tenang dan menunjukkan 3 (tiga) jari tangannya sambil berkata, "Rupiah akan mengalami penguatan rata-rata 3% per tahun!" Getaran pesan BBM membuat Tuan Tobat Perkasa segera mengakhiri pembicaraannya dengan Tuan Arnika Mantap.

Telah lewat tengah malam usai "rendevouz", dalam taksi Tuan Tobat Pribadi membuka kalkulator pada gadget dan mulai berhitung. Tidak lebih 3 (tiga) menit, Tuan Tobat Pribadi membuka aplikasi WA dan menulis pesan kepada Tuan Bangku Andalan yang isinya: "Bro, siap-siap USD 50 Juta segera meluncur ke bank Anda" Pesan berikutnya disampaikan kepada SGP, "Thank for your 3% return per year offering, for this time I prefer to invest in Indonesian Bank." Jelang tiba di kediamannya, Tuan Tobat Pribadi menyempatkan kirim pesan WA kepada Tuan Arnika Mantap, "Advise you mantap!"

Mengapa Tuan Tobat Pribadi mengambil keputusan investasi pada bank di Indonesia, bukan proposal SGP? 

Peraga-1 memberikan jawabannya.

model-tuan-tobat-pribadi-57f1f737c223bd204c58cbe6.jpg
model-tuan-tobat-pribadi-57f1f737c223bd204c58cbe6.jpg
Dengan mencermati Peraga-1, skenario "Dana Repatriasi" yang didepositokan pada bank di Indonesia akan menjadi pilihan Tuan Tobat Pribadi dengan "Retun" dala 3 (tiga) tahun sebesar 23,4% atau per tahun 7,3% (net);, bukan proposal SGP dengan imbalan per tahun hanya 3%. Sebaliknya bagi perbankan, dengan model di atas, maka "biaya dana" sudah hampir 7%. Sehingga dengan NIM (Net Interest Margin) 3-3,5%, suku bunga pinjaman akan berada pada posisi "double digit" alias di atas 10%.

Godaan Obligasi

Tuan Koh So Hwang (KSH), dikenal sebagai seorang "smart bankir" dari Bank Cermat Andalan. Bagaimana KSH mencermati dan menyusun strategi dalam situasi seperti ini? Sebagai seorang alumni sekolah bisnis yang sempat menikmati Malibu Beach di sekitar Boston, KSH sangat paham akan kondisi "Secular Stagnation"; program stimulus Bank Sentral utama global seperti The Fed (Quantitative Easing), European Central Bank (ECB), dan Bank of Japan (BoJ); kondisi "Zero Low Bond" (ZLB); serta fenomena "USD Strong". Dari diskusi dengan sahabatnya, Tuan Arnika Mantap (AM, yang juga teman Tuan Tobat Pribadi), KSH paham bahwa Secular Stagnation dan kondisi "Low Interest Rate" akan berlangsung lama. Juga, KSH sepakat dengan apresiasi Rupiah 3 jari yang pernah dibisikkan sahabatnya Tuan AM.

Bagaimana kalkulasi KSH dan Bank Cermat Andalan memanfaatkan situasi? Peraga-2 memberikan gambaran sederhana.

model-bank-cermat-andalan-57f207bdc223bdf14e58cbb6.png
model-bank-cermat-andalan-57f207bdc223bdf14e58cbb6.png
Dari Peraga-2 ditunjukkan bahwa penerbitan obligasi jauh lebih menarik daripada menampung dana repatriasi misalnya dari Tuan Tobat Pribadi. Tawaran pinjaman bankir Koh So Hwang dengan suku bunga kredit "single digit" 8%, sangat menarik dan akan menjadi pilihan pertama dunia usaha dibandingkan dengan tawaran bankir Bang Andalan yang "double digit".

Impian Suku Bunga "Single Digit"

Pola pikir ala bankir Bang Andalan dan Koh So Hwang merupakan fenomena yang sepertinya terjadi dalam dunia perbankan; antara mengikuti "saran" dari pemegang saham atau bersikap profesional dengan melakukan kajian serta memperhatikan kondisi global (Ingat: Global New Norm). Bagi Tuan Tobat Pribadi, pilihan "repatriasi" dan "deposit" dengan suku bunga yang negotiable, selain memberikan kenyamanan dengan imbalan yang menarik usai 3 (tiga) tahun; juga membebaskan Tuan Tobat Pribadi dari "catatan kelam" masa lalu. 

Dalam kondisi perekonomian Indonesia yang sangat dipengaruhi global, diperlukan kompetensi dan kemampuan yang mumpuni untuk melihat permasalahan secara komprehensif dan menyusun langkah strategis bukan sekedar menggunakan resep-resep konvensional. Episode-I Tax Amnesty telah usai tetapi meningkatkan kegiata dunia usaha tidak dapat sekedar melalui instruksi atau himbauan semata. Saat pemerintah sebagai pemegang kebijakan Fiscal, sudah memilih strategi Stimulus, sisi moneter perlu melakukan sinkronisasi kebijakan termasuk dunia perbankan sebagai sumber pendanaan. Juga sangat penting menghadirkan iklim dunia usaha yang kondusif serta mewujudkan "fair level of playing field" tidak saja bagi korporasi atau badan usaha milik negara, tetapi bagi usaha mikro, kecil, menengah yang konon tahan goncangan serta para wirausaha yang kental dengan sebutan entepreneur.

Saatnya mengenang kembali pemikiran Schumpeter dan Creative Destruction!

Catatan. Nama-nama yang disebut dalam artikel itu bukan sesungguhnya tetapi fiktif untuk memudahkan dalam penggambaran situasi.

Arnold Mamesah - 3 Oktober 2016

Masyarakat Infrastruktur Indonesia - Laskar Initiatives

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun