Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tax Amnesty Episode: Repatriasi yang Mematri Tiga Tahun

3 Oktober 2016   15:31 Diperbarui: 5 Oktober 2016   13:01 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

Bagaimana kalkulasi KSH dan Bank Cermat Andalan memanfaatkan situasi? Peraga-2 memberikan gambaran sederhana.

model-bank-cermat-andalan-57f207bdc223bdf14e58cbb6.png
model-bank-cermat-andalan-57f207bdc223bdf14e58cbb6.png
Dari Peraga-2 ditunjukkan bahwa penerbitan obligasi jauh lebih menarik daripada menampung dana repatriasi misalnya dari Tuan Tobat Pribadi. Tawaran pinjaman bankir Koh So Hwang dengan suku bunga kredit "single digit" 8%, sangat menarik dan akan menjadi pilihan pertama dunia usaha dibandingkan dengan tawaran bankir Bang Andalan yang "double digit".

Impian Suku Bunga "Single Digit"

Pola pikir ala bankir Bang Andalan dan Koh So Hwang merupakan fenomena yang sepertinya terjadi dalam dunia perbankan; antara mengikuti "saran" dari pemegang saham atau bersikap profesional dengan melakukan kajian serta memperhatikan kondisi global (Ingat: Global New Norm). Bagi Tuan Tobat Pribadi, pilihan "repatriasi" dan "deposit" dengan suku bunga yang negotiable, selain memberikan kenyamanan dengan imbalan yang menarik usai 3 (tiga) tahun; juga membebaskan Tuan Tobat Pribadi dari "catatan kelam" masa lalu. 

Dalam kondisi perekonomian Indonesia yang sangat dipengaruhi global, diperlukan kompetensi dan kemampuan yang mumpuni untuk melihat permasalahan secara komprehensif dan menyusun langkah strategis bukan sekedar menggunakan resep-resep konvensional. Episode-I Tax Amnesty telah usai tetapi meningkatkan kegiata dunia usaha tidak dapat sekedar melalui instruksi atau himbauan semata. Saat pemerintah sebagai pemegang kebijakan Fiscal, sudah memilih strategi Stimulus, sisi moneter perlu melakukan sinkronisasi kebijakan termasuk dunia perbankan sebagai sumber pendanaan. Juga sangat penting menghadirkan iklim dunia usaha yang kondusif serta mewujudkan "fair level of playing field" tidak saja bagi korporasi atau badan usaha milik negara, tetapi bagi usaha mikro, kecil, menengah yang konon tahan goncangan serta para wirausaha yang kental dengan sebutan entepreneur.

Saatnya mengenang kembali pemikiran Schumpeter dan Creative Destruction!

Catatan. Nama-nama yang disebut dalam artikel itu bukan sesungguhnya tetapi fiktif untuk memudahkan dalam penggambaran situasi.

Arnold Mamesah - 3 Oktober 2016

Masyarakat Infrastruktur Indonesia - Laskar Initiatives

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun