Sebagai akhir Triwulan-3, pada September ini akibat tekanan kewajiban pinjaman eksternal yang jatuh tempo (due to maturity) kurang dari 1 (satu) tahun, pemintaan USD dalam negeri akan meningkat. Peraga-3 memberikan gambaran kondisi utang eksternal hingga Juni 2016.
Pada akhir Triwulan-2 2016, posisi utang pemerintah (Government) yang jatuh tempo sekitar USD 7,2 Miliar; sementara pihak swasta besarnya USD 49,2. Secara rerata pada akhir Triwulan-3 kewajiban utang yang harus dipenuhi masing-masing USD 1,8 Miliar (pemerintah) dan USD 12,3 Miliar (swasta) atau USD 14 Miliar. Berdasarkan Peraga-2 dengan target inflasi US tidak tercapai, selayaknya kenaikan Fed Rate belum akan terjadi sehingga tidak timbul gejolak nilai tukar. Tetapi tingginya permintaan USD untuk memenuhi kewajiban utang akan berimplikasi tekanan pada nilai tukar Rupiah (IDR) terhadap USD. Hal ini merupakan ancaman bagi kegiatan perekonomian.
Fiscal Sebagai Pemacu
Mencermati kondisi global, strategi moneter melalui kebijakan "Easy Money" dan suku bunga sangat rendah ditujukan untuk mendorong pertumbuhan melalui peningkatan konsumsi yang mendorong inflasi. Ternyata strategi tersebut tidak berhasil dan merupakan ciri "Secular Stagnation". Bank Indonesia berusaha mendorong kredit dengan menurunkan suku bunga acuan secara dinamis (BI 7-Day Reverse Repo Rate); tetapi hasilnya pertumbuhan kredit tetap "single digit".
Sementara, serial Paket Stimulus Perekonomian yang sudah berjalan setahun sejak September 2015 untuk menarik minat investasi asing belum menunjukkan hasil. Godaan Tax Amnesty dengan berharap repatriasi dana dari luar belum menunjukkan hasil positif walaupun ada kabar menarik tentang peningkatan komitmen investasi dari Singapura. Tingkat konsumsi yang tertekan dan investasi rendah bukan saja berdampak pada turunnya pertumbuhan tahun berjalan tetapi juga mengakibatkan tekanan pertumbuhan yang berkelanjutan (resesi).
Dengan demikian tinggal berharap pada strategi fiskal khususnya belanja pemerintah yang menjadi perangsang atau stimulus. Dalam kondisi dunia usaha tertekan akibat penurunan permintaan, jangan berharap akan terjadi peningkatan penerimaan pajak. Mengupayakan peningkatan penerimaan justru akan menyedot dana dari dunia usaha dan masyakarat dan mengurangi jumlah yang beredar serta memperlambat perputaran uang (velocity of money). Pada sisi belanja, Menkeu SMI memiliki 3 (tiga) dalam menuju akhir 2016 yaitu pelebaran defisit, pemangkasan anggaran, dan pengelolaan arus kas. Mencermati opsi tersebut, pengelolaan arus kas dapat dilakukan dengan meninjau dan menjadual ulang pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek; sementara pemangkasan anggaran sebenarnya lebih bermakna pada penggunaan secara cermat dan tepat sasaran.
Langkah pelebaran defisit merupakan opsi yang sangat perlu dilakukan karena akan menambah dana yang berputar. Sehingga meningkatkan perputaran uang yang selanjutnya mengangkat pendapatan dan konsumsi masyarakat. Memang opsi ini berisiko pada inflasi dan penambahan utang. Tetapi menghadapi kondisi Secular Stagnation inflasi itu perlu; dengan pertumbuhan ekonomi terus meningkat penambahan utang kelak akan terbayar.Â
Penerima Anugerah Nobel 2008Â Paul Krugman memberikan resep : "Saatnya Berutang" lebih banyak !
Arnold Mamesah - Hari Pertama September 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H