Berdasarkan Peraga-7 dengan memperhatikan trend, China Renminbi turun, Japan Yen naik Euro, GBP, dan IDR berfluktuasi kecil bahkan cenderung stabil.
Lantas apa dampak Brexit Fever ? Yang pasti tidak akan merubah "capital city" UK, EU termasuk posisi London sebagai pusat finansial.Â
Dalam hal perdagangan, EU perlu mencari alternatif atau pengganti dari "surplus" dengan UK sekitar Euro 9-10 Miliar per bulan. Sementara UK mendapatkan kesempatan untuk sumber lain di luar EU. Bagi Indonesia, surplus dagang dengan EU tidak akan banyak berubah termasuk juga dengan UK tetapi terbuka peluang untuk mensubstitusi "supply" kebutuhan UK yang sebelumnya diimpor dari EU.
Dengan kondisi defisit UK baik terhadap EU dan Non EU, mata uang Pound Sterling (GBP) akan mengalami tekanan. Kondisi ini menguntungkan UK karena akan membukan peningkatan ekspor produk UK pada pasar global Non EU.
Koreksi alias "depresiasi" nilai tukar merupakan implikasi dari kondisi defisit perdagangan untuk selanjutnya menuju keseimbangan baru (new equilibrium). Koreksi "depresiasi nilai tukar" tidak dapat dilakukan negara anggota EU yang menggunakan mata uang Euro demi meningkatkan daya saing produk ekspor, seperti yang dialami Italy, Portugal, Spanyol yang saat ini mengalami tekanan perekonomian. Kondisi ini merupakan kelemahan dalam Kerjasama Ekonomi Regional dengan Single Currency ala Euro Area.
Sumber Informasi.
1. Trade : Eurostat (dengan pengolahan)
2. Currency Exchange : IMF Currency Exchange (dengan pengolahan)
Arnold Mamesah - 3 Juli 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H