Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Depresiasi US$, Deflasi, dan Defisit Anggaran

13 Mei 2016   00:58 Diperbarui: 14 Mei 2016   09:53 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Depresiasi Nilai Tukar

Berita yang sering terdengar biasanya depresiasi Rupiah (IDR) terhadap Dolar Amerika (USD). Tetapi yang terjadi sejak awal 2016 ini kecenderungan (trend) depresiasi "exchange rate" USD terhadap SDR; yang merupakan "artificial currency" IMF. SDR merupakan cadangan asset IMF setara nilainya dengan USD 285 Miliar dengan komposisi U.S. Dollar, Euro, Chinese Renminbi, Japanese Yen, dan UK Pound Sterling masing-masing 41.73 %, 30.93%, 10.92 %, 8.33%, dan 8.09%. Gambarannya nilai tukar SDR terhadap USD, Euro, IDR diberikan pada Peraga-1.

Exchange Rate to SDR
Exchange Rate to SDR
Sumber Informasi : IMF Exchange Rate

Dalam masa 11 Mei 2015 hingga 11 Mei 2016 kecenderungan (trend) nilai tukar USD terhadap SDR mengalami depresiasi; sedangkan trend Euro (garis putus ungu) dan IDR (garis putus hijau) mengalami kejadian sebaliknya atau naik yang disebut apresiasi.

Secara umum, nilai tukar mata uang mitra dagang utama US (misalnya Europe Area, China) mengalami apresiasi terhadap USD. Implikasinya pada perdagangan adalah harapan kenaikan nilai ekspor US ke Europe Area dan China dan penurunan impor US. Penguatan nilai tukar USD terhadap Euro dan Renminbi (China) pada masa sebelumnya telah membuat defisit perdagangan US meningkat pada 2015. (Defisit perdagangan US 2014 : USD 508,3 Miliar dan defisit 2015 : USD 539,7; defisit bertambah 6,2%).

 Sementara perdagangan Indonesia - US pada Triwulan-1 2016 Indonesia mendapatkan surplus USD 3.064,8 Juta; dibandingkan Triwulan-1 2015 surplus mencapai USD 2.790,3 Juta atau meningkat 9,8% (Sumber Informasi : US Census Bureau - US Indonesia Trade). Bandingkan kondisi perdagangan Indonesia - China dengan Indonesia selalu mengalami defisit. Pada Triwulan-1 2016 defisit perdagangan Indonesia - China sebesar USD 4.280 Juta dan Triwulan-1 2015 defisit sebesar USD 4.320 Juta. 

Spiral Deflasi dan Defisit

Pada masa April 2016 Indeks Harga Konsumen mengalami penurunan atau deflasi 0,45%; suatu kondisi yang selayaknya disambut dengan senyuman. Tetapi dibalik kecenderungan deflasi yang terjadi berkepanjangan, akan timbul "spiral deflasi" yang merupakan ancaman besar bagi dunia usaha dan tenaga kerja; gambarannya diberikan pada Peraga-2.

ancaman-spiral-deflasi-5734bc73f27e61600b6b8907.jpg
ancaman-spiral-deflasi-5734bc73f27e61600b6b8907.jpg
Dari Peraga-2, penurunan harga barang konsumsi (dengan tingkat sensitivitas rendah) tidak akan meningkatkan jumlah konsumsi secara berarti. Dunia usaha akan mengalami penurunan pendapatan yang berimplikasi pada penghematan belanja dan penurunan minat berinvestasi karena ekpektasi imbalan rendah atau bahkan negatif. Tindakan penghematan (termasuk pemotongan biaya) berdampak turunnya pendapatan tenaga kerja; turunnya minat investasi akan mengurangi lapangan kerja baru; sementara belanja dan permintaan akan turun akibat penurunan pendapatan. Implikasi penurunan permintaan adalah kelebihan persediaan yang kembali mengundang penurunan harga. 

Siklus ini akan terus berlangsung sehingga terjadi penyusutan dalam perekonomina. Dalam kondisi demikian, pemerintah harus segera berinisiatif dengan meningkatkan belanja tanpa melakukan pengetatan anggaran. Kebijakan demikian disebut Stimulus Perekonomian dengan konsekuensi Defisit pada anggaran. Dampak defisit adalah peningkatan utang; tetapi hal ini lebih baik daripada dunia usaha ambruk terlilit spiral deflasi. (Kajian tentang Defisit dan Utang dapat dilihat dalam artikel : Defisit atau Utang? Bukan Dilema!).

Pesan apa yang hendak disampaikan ? Dari kondisi perdagangan global dapat ditimbang mitra dagang yang tepat. Sementara memahami ancaman spiral deflasi akan membuka pemahaman perlunya defisit pada anggaran. 

Ekspektasi terhadap aliran dana (investasi) dari China hanya akan menambah defisit perdagangan karena peningkatan barang impor terutama barang modal dari China. Sementara komentar serta sikap kontradiksi terhadap peningkatan defisit anggaran pemerintah yang dilontarkan para analis dan pengamat, semakin menunjukkan kualitas pemahaman dan pengetahuan yang sangat dangkal !

Arnold Mamesah - Laskar Initiatives

13 Mei 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun