[caption caption="Prepared by Arnold M."]
Â
Sumber Informasi : IMF Data Mapper (dengan pengolahan). Sebagai tambahan, rerata pertumbuhan Indonesia dalam 3 tahun terakhir berada pada kisaran 5,1%; dengan rerata defisit anggaran 2,2% dan rasio utang terhadap PDB pada 27%.
Dari Peraga-2, India mencapai tingkat pertumbuhan di atas 7% tetapi defisit di atas 7% dan rasio utang 66% yang merupakan rasio tertinggi. Thailand dengan defisit anggaran kecil nyaris berimbang, mengalami pertumbuhan rendah dan rasio utang 43%. Chile dengan rasio utang rendah hanya 15% tetapi pencapaian pertumbuhannya rendah. Dengan demikian, jika tujuannya meningkatkan pertumbuhan, defisit akan bertambah besar dan meningkatkan jumlah utang. Tetapi dalam jangka panjang, pencapaian pertumbuhan tinggi yang berkelanjutan akan menurunkan rasio utang terhadap PDB. (Lihat artikel : Defisit Anggaran dan Utang Ternyata Menyehatkan).
Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional 20 April 2016, ditekankan bahwa alokasi anggaran pemerintah mengutamakan : Money Follow Program; maknanya mengutamakan program penting dan bermanfaat. Sementara jika merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional yang dalamnya mencakup 30 Proyek Infrastruktur Prioritas, dan Inpres 1/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional; pemerintah belum memberikan kepastian sumber anggaran di luar APBN. Salah satu pilihan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha sesuai Pepres 38/2015. Dengan rentang waktu yang telah ditentukan dan pentingnya infrastruktur dalam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, keputusan dan kepastian sumber dana untuk pembangunan proyek tersebut sudah harus ada. Berharap investasi dari luar (asing) beresiko dan menunda manfaat serta pertumbuhan. Pemantapan infrastruktur sebagai faktor pengembangan industri dan produksi unggul adalah tujuan utama yang harus didukung dengan program kegiatan diturunkan dari tujuan strategik sesuai dengan prioritas.
Stimulus ekonomi sudah menjadi pilihan dan implikasinya defisit pada anggaran, serta "loosening tax" yang berdampak turunnya penerimaan pajak. Tetapi dengan belanja pemerintah yang ekspansif akan memicu sektor swasta meningkatkan aktivitas usaha; dalam hal ini pemerintah menjadi stimulant (perangsang) kegiatan.Â
Paradox of Thrift (Paradoks Berhemat) mengingatkan bahwa dalam situasi trend pertumbuhan turun, apabila masyarakat dan dunia usaha berhemat dengan menabung (saving) akan berdampak penurunan permintaan secara (aggregate demand) yang berimplikasi penurunan pendapatan dan selanjutnya akan menurunkan jumlah tabungan. Dalam kondisi ini, resep dari ekonomis John Maynard Keynes mengatakan bahwa pemerintah perlu berutang demi meningkatkan permintaan dengan cara menyuntikkan dana kedalam perekonomian. Jumlah dana tidak sekedarnya, tetapi bahkan secara berlebih; bukan belanja konsumsi tetapi lebih utama investasi pada proyek pembangunan. Berlebihan dalam belanja sering disebut boros; dan memang dalam kondisi tekanan pertumbuhan perlu BOROS agar PULIH !
Â
Arnold Mamesah - Laskar Initiatives
21 April 2016
Â