Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Opera Sabun TanTio alias Tanpa Three in One

14 April 2016   20:50 Diperbarui: 14 April 2016   22:08 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="rynari.wordpress.com"][/caption]Opera Sabun

TanTiO bukanlah eksekutif muda Gen-Y yang setiap pagi dan petang harus masuk ke kawasan Three in One (TiO); bukan juga sopir pribadi atau joki penyedia jasa untuk mem-paripurnakan jumlah penumpang dalam kendaraan pribadi. TanTiO hanyalah pengganti istilah Tanpa Three in One yang merupakan penggalan judul artikel terdahulu. (Lihat artikel : Tanpa Three in One untuk Eliminasi Dampak).

Pemahaman Opera Sabun mirip Sinetron yang sering ditampilkan stasiun televisi dengan kisah sambung menyambung berkepanjangan bahkan terkesan bertele-tele. Tapi tidak dapat disangkal opera sabun atau sinetron banyak penggemarnya bahkan alur kisahnya (sering kali fiktif) menjadi bahan pergunjingan yang menarik.

Apakah Opera Sabun TanTiO akan bernasib demikian ?

Kebijakan Usang

Sudah banyak diulas bahwa aturan yang diberlakukan pada kawasan Three in One (TiO) tidak berhasil mencapai tujuan semula untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Sementara pertumbuhan kawasan pusat bisnis metropolitan Jakarta berjalan pesat, jumlah kendaraan pribadi bertambah sejalan dengan peningkatan kemampuan ekonomi serta kesejahteraan. Pada sisi infrastruktur jalan, pertambahannya jauh tertinggal dibandingkan pertumbuhan kendaraan pribadi termasuk juga sarana angkutan umum atau transportasi publik.

Seakan dipicu maraknya kasus eksploitasi anak untuk menjadi joki TiO, Gubernur DKI Jakarta segera memanfaatkan "moment of truth" untuk menjajal kebijakan baru yang berdasar pada nalurinya. Dampak aturan TiO bukan saja pada joki dan eksploitasi anak yang mengakibatkan masalah sosial juga perilaku penegak hukum; sementara permasalahan kemacetan lalu lintas terus mendera masyarakat. Uji coba Tanpa TiO segera dilaksanakan untuk masa 7 (tujuh) hari kerja yang berakhir pada 13 April 2016. 

Dari hasil pertemuan Dinas Perhubungan Pemda DKI Jakarta, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro pada 14 April 2016 telah disepakati dan diputuskan bahwa Uji Coba Penghapusan Three in One Diperpanjang hingga 14 Mei 2016. Terlepas dari kesepakatan yang dicapai, ada proses pembelajaran yaitu semangat "gawe bareng" Pemda DKI dan Polda Metro Jaya. Hal tersebut demi mengupayakan kelancaran lalu lintas dan kepentingan masyarakat; dan yang tidak kalah penting sikap pamong serta pengayom yang ditampilkan kedua pihak tersebut serta jauh dari sikap "menang sendiri". (Lihat : Ahok Tak Berani Hapus "Three in One" jika Tak Didukung Polisi dan Polisi Dukung Perpanjangan Uji Coba Penghapusan "Three in One")

Perubahan Perilaku

Terlalu berlebihan jika mengharapkan solusi dari tulisan pendek ini; juga mengatakan bahwa kebijakan baru seperti penerapan ERP (Electronic Road Pricing), Nomor Ganjil Genap, 4 in 1 dan tersedianya transportasi masal seperti MRT dan LRT akan menjamin jalanan metro Jakarta bebas kemacetan. Tetapi yang perlu diperhatikan dan diupayakan adalah Perilaku Masyarakat dalam berkendara dan menggunakan transportasi publik.

Tanpa keberadaan Three in One akan mengubah pola dan jam kerja bagi dunia usaha dan perkantoran dalam kawasan TiO; sehingga tidak terikat dan terbelenggu dengan berbagai "hambatan" TiO termasuk fleksibilitas dalam mengatur kedatangan atau kepulangan. Juga, kesesakan pada jalan alternatif untuk menghindarai TiO akan berkurang sehingga mengurangi beban jalan kecil yang justru menimbulkan kemacetan akibat tingginya volume kendaraan yang lewat.

Tantangan kemacetan lalu lintas metro Jakarta dengan berbagai solusi atau pemecahan masalah yang diupayakan ibarat serial opera-sabun atau sinetron bersambung dan memunculkan hal baru sebagai implikasi dari implementasi solusi dengan pendekatan trial-error. Yang perlu selalu diingat bahwa merubah perilaku masyarakat butuh waktu panjang serta teladan dan kepemimpinan serta semangat pamong dari kepada daerah beserta segenap jajarannya hingga yang langsung berinteraksi dengan masyarakat. 

Dalam hal Pemda DKI Jaya tahapan dan langkah membangun sikap dan keteladanan ini sedang berlangsung; lalu bagi masyarakat sediakan opsi untuk kemudian menentukan pilihannya.

 

Arnold Mamesah - Laskar Initiatives

14 April 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun