Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Limpahan Dana - Glut of Fund

8 Maret 2016   20:42 Diperbarui: 8 Maret 2016   22:32 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://inthesetimes.com/article/16430/money_money_everywhere"][/caption]

Banjir Dana

Pasca krisis finansial 2008, melalui program Quantitative Easing (QE), The Fed US menyuntikkan dana sebesar USD 3,5 Triliun untuk memulihkan perekonomian. Normalisasi The Fed terhadap program QE tersebut jauh dari tuntas. Kebijakan menaikkan suku bunga The Fed (Fed Fund Rate) setelah dilakukan pada 16 Desember 2015, diprakirakan belum akan berlanjut akibat kondisi perekonomian global yang masih tertekan; inflasi US masih tetap rendah, juga pertumbuhan ekonominya.

Bank Sentral Eropa (ECB : European Central Bank), sejak awal 2015 menerbitkan kebijakan serupa, Assets Purchase Program (APP); hingga Februari 2016 telah menyuntikkan dana sebesar Euro 774 Miliar. Dengan kebijakan APP tersebut ditambah disinsentif suku bunga simpanan (sangat rendah atau bahkan negatif), diharapkan menaikkan likuiditas yang kemudian meningkatkan demand dan konsumsi serta berdampak inflasi.

Berbeda dengan kondisi China. Setelah mencapai cadangan devisa tertinggi hampir USD 4 Triliun (USD 3.993 Miliar) pada Juni 2014, di akhir Februari 2016 tercatat USD 3.202 Miliar; berkurang USD 791 Miliar atau 19,8%. (Lihat Grafik-1).

Grafik-1 : China Foreign Exchange Reserve

[caption caption="Prepared by Arnold M"]

[/caption]

Sumber Informasi : China SAFE (State Administration of Foreign Exchange)

Cadangan devisa China turun dalam kondisi neraca perdagangan surplus. Turunnya pertumbuhan perekonomian China diduga sebagai penyebab, berdampak pada penurunan imbalan investasi, yang mengakibatkan penarikan dana. 

Sebagai gambaran, GDP (Gross Domestic Product) Europe Union, US, dan China mewakili 60% GDP Global. (Lihat Chart-2).

Chart-2 : Global Gross Domestic Product

[caption caption="Prepared by Arnold M"]

[/caption]

Sumber Informasi : List of countries by GDP (nominal)

Perdagangan Global Suram

Kondisi perdagangan global dapat dilihat dari 3(tiga) pemain utama yaitu European Union, China, dan US. Dalam masa Januari 2016, European Union mencatat penurunan ekspor 7,9% dan impor 6,5%; China mencatat penurunan ekspor 11,2% dan impor 8,8%; USA ekspor turun 2,1% dan impor turun 1,3%. Ketiga pemain utama ini mewakili 63% pasar global (Gambaran Trade Global 2014 diberikan pada Grafik-3).

Grafik-3 : Global Trade 2014

[caption caption="Prepared by Arnold M"]

[/caption] 

Sumber Informasi : World Trade Organization; USA - NA : USA dan North America yang mencakup Canada dan Mexico; Other AsPac (Asia Pacific) mencakup Jepang, Korea Selatan, India, Australia & New Zealand; South & LA mencakup South & Latin America dan Carribean; Asean-6 mencakup Singapore, Thailand, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Phillipine; Europe Non EU mencakup negara-negara Eropa di luar European Union.

Dari Grafik-3 dan dengan memperhatikan penurunan harga komoditas dan energi sepanjang 2015, kondisi defisit terjadi di area South & Latin America, Middle East, Africa, dan beberapa negara Asia; seperti juga North America; China masih surplus, sedangkan area lainnya pada kisaran "balance".

Ekspor Januari 2016 di tiga area utama (European Union, China, USA) nilainya turun sekitar USD 72 Miliar (atau global hampir USD 120 Miliar, dengan menggunakan nilai perdagangan global 2014). Jika kondisi penurunan ini tidak berubah, diprakiran selama 2016 akan terjadi penurunan perdagangan global sekitar USD 1,5 - 2 Triliun (atau 10% dari total nilai ekspor global)

Godaan dan Ancaman 

Kucuran dana program APP ECB, QE The Fed, "capital outflow" China ditambah dengan susutnya nilai perdagangan barang dan jasa global, menimbulkan limpahan dana (Glut of Fund) pada pasar finansial. Dana tersebut menghampiri pasar finansial Indonesia, untuk berbiak dan mendapatkan imbalan, dalam bentuk investasi portofolio (Foreign Portfolio Investment); atau tawaran pinjaman yang umumnya berjangka waktu pendek dengan godaan suku bunga rendah. Aliran dana ini menyebabkan apresiasi pada nilai tukar Rupiah (IDR) terhadap mata uang asing (terutama USD); serta menaikkan indeks harga saham gabungan pada Bursa Saham Indonesia.

Kondisi perdagangan global yang mengindikasikan turunnya permintaan (demand) berdampak pada perdagangan Indonesia. Harga komoditas yang terus turun dan produk manufacturing yang semakin tertekan akibat persaingan pasar, berakibat penurunan pada pendapatan ekspor. Dengan terjadinya apresiasi nilai tukar akan menggoda peningkatan konsumsi barang impor sehingga neraca perdagangan menjadi defisit.

Kenaikan indeks harga saham gabungan dan apresiasi nilai tukar IDR yang terjadi bersifat sementara; tidak mencermikan kondisi perekonomian yang sesungguhnya. Kenaikan ini terjadi akibat aliran dana investasi portofolio (Hot Money) yang sarat spekulasi untuk mendapatkan imbalan dalam waktu singkat. Demi pemulihan dan peningkatan pertumbuhan yang berkelanjutan, sangat dibutuhkan investasi; khususnya pada infrastruktur. Jika kemudian mengalami kendala dalam mengundang partisipasi asing atau private, maka kembali kepada pemerintah harus menjadi yang utama; kebijakan ini disebut Stimulus Fiskal.

 

Arnold Mamesah - Laskar Initiatives

8 Maret 2016

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun