Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Jangan Terbuai Indeks Saham dan Kurs Tukar, "Hot Money" Tidak Betah!

26 Februari 2016   18:27 Diperbarui: 26 Februari 2016   20:36 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indikasi Semu

Mencermati kondisi historis, korporasi masih terbelenggu masalah Balance Sheet Recession, akibat "ledakan beban utang" dalam valas yang berdampak keengganan dalam berinvestasi. Hal ini dapat dilihat pada penurunan jumlah utang private dan rendahnya pertumbuhan kredit investasi perbankan nasional (pada 2015 hanya pada kisaran 10% sementara 2016 diproyeksikan 12%). Dalam kondisi demikian, stimulus perekonomian masih sangat bergantung pada agresivitas kegiatan pembangunan proyek pemerintah serta berharap pada realisasi investasi modal asing. Dengan rendahnya investasi korporasi, maka tentunya sulit berharap banyak akan peningkatan kinerja korporasi.

Bukan untuk membandingkannya dengan kejadian 1997 saat meledaknya Tom Yum Goong Crises di Thailand yang lantas menular ke kawasan Asean. Tetapi pada masa tersebut, Thailand dan Indonesia dianggap sebagai bagian dari Macan Ekonomi yang pertumbuhan perekonomiannya sangat menjanjikan. Masa lalu adalah pembelajaran dan tentunya tidak ingin terjungkal untuk kedua kalinya. Indikator indeks saham dengan tajuk "Berkinerja Terbaik" terima saja sebagai "complimentary" tetapi jangan sampai terbuai. 

Akhir triwulan-1, pada tengah hingga akhir Maret 2016, diprakirakan permintaan USD akan meningkat sejalan dengan kebutuhan untuk pembayaran kewajiban utang. Dengan kurs tukar yang cenderung menguat dan indeks yang terus meningkat, dapat terjadi kondisi ekstrim berupa "anjlok" nya nilai tukar dan nilai saham yang umumnya akibat kepanikan tanpa alasan.

Demikianlah dan setidaknya sudah disampaikan ... !

 

Arnold Mamesah - Laskar Initiatives

25 Februari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun