Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rendah dan trend inflasi yang diindikasikan dengan "consumer price index", akan berdampak pertumbuhan korporasi tertekan. Kondisi ini membuat rentan bursa saham Euro Area.
Viabilitas Perekonomian Indonesia
Berdasarkan struktur, rerata nilai ekspor mewakili 15%-17% dari PDB (Produk Domestik Bruto); sementara lainnya merupakan konsumsi dan belanja masyarakat serta pemerintah dan investasi. Berdasarkan catatan ekspor 2015, kelanggengan (viabilitas) pertumbuhan ekonomi (PDB) tidak bergantung pada ekspor tetapi pada peningkatan konsumsi masyarakat, belanja pemerintah (fiskal), dan pertumbuhan investasi.
Pangsa ekspor Indonesia secara rerata 2015 pangsanya diberikan pada Grafik-6.
Grafik-6 :Â Pangsa Ekspor Indonesia
Source : Bank Indonesia - Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (dengan pengolahan).
Catatan : BRCS merupakan negara Brazil, Rusia, China, South Africa dengan jumlah ekspor terbesar ke China.
Dalam Tripolar perekonomian global (Lihat artikel : Tripolar Integrasi Ekonomi Global), kemitraan TPP (Trans-Pacific Partnership) pangsanya akan sekitar 45% pasar global, Euro Area Extended berada pada kisaran 30%, China dan negara mitra lainnya mewakili 25% pasar global.
Dengan elasticity index China pada 1,7% (Lihat : World Bank Report - Global Economic Prospect 2015, halaman 175), yang maknanya penurunan pertumbuhan PDB 1% mengurangi nilai impor China setara 1,7%; penurunan PDB China tidak terlalu berpengaruh pada ekspor Indonesia ke China (termasuk Rusia, Brazil, South Africa) yang secara rerata 11% dari total nilai.
Pada market US, Euro Area, Jepang, dan South Korea yang pertumbuhannya cenderung flat (atau merata), tidak berdampak pada nilai ekspor. Sedangkan untuk ekspor tujuan area Asean, India, dan serta negara lainnya masih dapat diharapkan terjadi peningkatan untuk substitusi penurunan ekspor ke China.Â