Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

Tripolar Integrasi Ekonomi Global

27 November 2015   03:48 Diperbarui: 27 November 2015   03:58 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau Asean Economic Community merupakan kesepakatan bersama para anggota ASEAN yang diberlakukan mulai 1 Januari 2016. Terhadap GDP Global, GDP Asean besarnya 4% dan jauh lebih kecil daripada total GDP TPP (dengan tambahan 6 anggota baru). Empat anggota Asean yang sudah menjadi anggota TPP antara lain Malaysia, Singapore, Vietnam, dan Brunei. Hal yang wajar jika kemudian Thailand dan Phillipina ingin juga bergabung. Bagi 6(enam) negara tersebut, pertimbangan memanfaatkan pasar yang lebih besar akan merupakan tantangan menarik. Pertimbangan demikian dapat menjadi alasan Indonesia bergabung ke dalam TPP; sementara MEA tetap dilaksanakan atas kesepakatan bersama Asean.

Apakah poros China, dengan keberadaan AIIB (Asian Infrastruktur Investment Bank) tidak menarik ? Sebagai pertimbangan, dalam neraca perdagangan dengan China Indonesia mengalami defisit yang hingga Triwulan-3 2015 besarnya USD 11,5 miliar. Sementara investasi China hingga Triwulan-3 2015 jumlahnya kurang dari USD 500 juta (di bawah Singapore, Jepang, Belanda).

Perlu diperhatikan pembelajaran dampak pertumbuhan ekonomi negara-negara di Afrika dan Amerika Latin penerima investasi China (Grafik-2).

Sumber informasi : IMF DataMapper

Dari grafik-2 didapatkan pemahaman bahwa negara-negara penerima (benefiting countries) investasi China (Overseas Direct Investment), pertumbuhan ekonominya (dalam ukuran GDP : Gross Domestic Product) masa 2012-2015 turun (Brazil, South Africa, Venezuela), atau datar (Angola, Nigeria). Kesimpulan sederhan adalah bahwa investasi China tidak berimplikasi positif pada pertumbuhan ekonomi negara penerima.

Jika dihadapkan pada pilihan Tripolar, berintegrasi dalam Euro bukan pilihan dengan pertimbangan jarak; pilihan pada poros China berarti tidak belajar dari pengalaman seperti Brazil atau South Africa; sehingga TPP bagi Indonesia merupakan pilihan yang masuk akal (plausible).

 

Arnold Mamesah - Laskar InitiativesAIIB

Jelang akhir pekan keempat November 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun