Dari Tabel-1, perbandingan GDP TPP, Uni Eropa, China dan Lainnya (Others) dapat dilihat pada chart-2 di bawah ini.  Â
Jika diingat keberadaan BRICS (kerjasama Brazil, Rusia, India, China, South Africa), integrasi perekonomian global (mungkin) kelak berbentuk Tri-polar yaitu TPP, Uni Eropa, dan Integrasi China (termasuk BRICS), dengan negara-negara lainnya akan memilih untuk bergabung ke dalam salah satu dari antaranya.
MEA atau TPP dan Faktor Pemacu
Bergabungnya Brunei, Malaysia, Vietnam, dan Singapore dalam TPP ditambah dengan minat Thailand dan Filipina yang semuanya anggota Asean; maka sangat tidak cerdas jika Indonesia tidak mempertimbangkan atau menolak bergabung dengan TPP. Ukuran GDP Asean-10 yang hanya sekitar 4% dari GDP global jauh lebih kecil dibandingkan GDP dari TPP.
Keanggotaan Indonesia dalam TPP justru akan membuka peluang dan mendorong aliran penanaman modal dari negara anggota TPP lainnya berinvestasi di Indonesia sesuai dengan kemampuan atau keunggulan spesifik yang dimiliki. Pertimbangannya bukan menyasar pasar Indonesia tetapi sekitar Asean; misalnya investasi dari Kanada atau Selandia Baru dan Australia dalam "food related industry" (industri pangan). Bertumbuhnya investasi akan memacu peningkatan standar yang berlaku dalam sektor industri dan selanjutnya mendorong pertumbuhan perekonomian.
Demikian juga aturan atau regulasi yang sering dikeluhkan dunia usaha. Hal ini akan dipacu untuk berubah termasuk pada birokrasi dan regulator serta dunia usaha yang mencakup korporasi serta BUMN (Badan Usaha Milik Negara), dan UMKM yang hanya berorientasi pada pasar domestik. Jika muncul resistensi atau keengganan, maka hal tersebut harus diterobos agar dapat menikmati peluang dalam pasar TPP dan pasar lainnya.
TPP lebih dipilih daripada MEA karena ukuran ekonomi lebih besar dan membuka peluang serta memacu perubahan.Â
Naluri pilihan yang CERDAS.
Â
Arnold Mamesah - Laskar Innitiatives