Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

TPP Pilihan Cerdas

4 November 2015   05:39 Diperbarui: 4 November 2015   13:09 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Tabel-1, perbandingan GDP TPP, Uni Eropa, China dan Lainnya (Others) dapat dilihat pada chart-2 di bawah ini.   

Dengan melihat chart-2, TPP merupakan bagian terbesar, Uni Eropa urutan berikutnya dan keduanya mewakili hampir 2/3 (65%) GDP global. Dari neraca perdagangan Indonesia tahun berjalan 2015 (hingga Agustus) dan memperhatikan tabel-1 (US, Jepang sebagai dua negara dengan GDP besar dalam TPP), perdagangan dengan US memberikan surplus sebesar USD 6,3 miliar, dengan Jepang hampir setimbang, dengan China defisit USD 10,1 miliar. (Lihat : Indonesia dan TPP - antara Hegemoni China atau USA), sedangkan dengan Uni Eropa surplus USD 2,4 miliar (sumber : Bank Indonesia - SEKI - External Sector). Dengan demikian, bagi Indonesia TPP dan Uni Eropa adalah peluang sedangkan China merupakan ancaman.

Jika diingat keberadaan BRICS (kerjasama Brazil, Rusia, India, China, South Africa), integrasi perekonomian global (mungkin) kelak berbentuk Tri-polar yaitu TPP, Uni Eropa, dan Integrasi China (termasuk BRICS), dengan negara-negara lainnya akan memilih untuk bergabung ke dalam salah satu dari antaranya.

MEA atau TPP dan Faktor Pemacu

Bergabungnya Brunei, Malaysia, Vietnam, dan Singapore dalam TPP ditambah dengan minat Thailand dan Filipina yang semuanya anggota Asean; maka sangat tidak cerdas jika Indonesia tidak mempertimbangkan atau menolak bergabung dengan TPP. Ukuran GDP Asean-10 yang hanya sekitar 4% dari GDP global jauh lebih kecil dibandingkan GDP dari TPP.

Keanggotaan Indonesia dalam TPP justru akan membuka peluang dan mendorong aliran penanaman modal dari negara anggota TPP lainnya berinvestasi di Indonesia sesuai dengan kemampuan atau keunggulan spesifik yang dimiliki. Pertimbangannya bukan menyasar pasar Indonesia tetapi sekitar Asean; misalnya investasi dari Kanada atau Selandia Baru dan Australia dalam "food related industry" (industri pangan). Bertumbuhnya investasi akan memacu peningkatan standar yang berlaku dalam sektor industri dan selanjutnya mendorong pertumbuhan perekonomian.

Demikian juga aturan atau regulasi yang sering dikeluhkan dunia usaha. Hal ini akan dipacu untuk berubah termasuk pada birokrasi dan regulator serta dunia usaha yang mencakup korporasi serta BUMN (Badan Usaha Milik Negara), dan UMKM yang hanya berorientasi pada pasar domestik. Jika muncul resistensi atau keengganan, maka hal tersebut harus diterobos agar dapat menikmati peluang dalam pasar TPP dan pasar lainnya.

TPP lebih dipilih daripada MEA karena ukuran ekonomi lebih besar dan membuka peluang serta memacu perubahan. 

Naluri pilihan yang CERDAS.

 

Arnold Mamesah - Laskar Innitiatives

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun