Grafik menunjukkan bahwa saat kecenderungan kurs tukar naik, harga saham kecenderungannya naik. Pada masa pertengahan 2014, indeks harga saham naik walaupun kurs tukar turun. Dengan demikian, kurs tukar dan indeks harga saham tidak berkaitan (berkorelasi) langsung, misalnya harga saham turun pada saat kurs tukar naik (korelasi berlawanan) atau indeks harga saham naik saat kurs naik (korelasi searah).Â
Indeks harga saham merupakan leading indikator sehingga kecenderungan kenaikan indeks harga saham (ditunjukkan pada garis putus biru pada grafik), memberikan pemahaman bahwa kenaikan kurs bukan ancaman terhadap peningkatan kinerja korporasi pada masa mendatang.
Dari kajian berdasarkan dua grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa kurs tukar bukan merupakan indikator yang mewakili kinerja perekonomian khususnya berkaitan dengan inflasi serta peningkatan kinerja korporasi.
Evaluasi Kinerja Perekonomian
Perekonomian negara selayaknya sebagai suatu perjalanan atau pertumbuhan dalam kurun waktu panjang dan berkelanjutan. Siklus perekonomian mengingatkan adanya masa resesi (penurunan pertumbuhan) yang terjadi antara kondisi puncak kinerja perekonomian dan kondisi palung saat kinerja perekonomian pada tingkatan sangat rendah. Sedangkan kondisi sebaliknya atau masa pemulihan (peningkatan pertumbuhan) akan menuju kepada puncak kinerja perekonomian.
Evaluasi kinerja pemerintahan Presiden Jokowi dengan menggunakan indikator kurs tukar akan sangat menyesatkan. Lebih tepat jika evaluasi dilakukan dengan membandingkan pencapaian berdasarkan besaran target yang ditetapkan; melalui perencanaan strategis jangka panjang yang diturunkan dalam sasaran dengan besaran terukur dalam kurun waktu tertentu.
Apabila kemudian mengalami kesulitan dalam melakukan evaluasi kinerja pemerintahan, itu terjadi akibat ketidak-tersediaan target beserta kurun waktu.
Justru hal ini merupakan pangkal permasalahan yang harus segera dikoreksi.
Â
Sumber informasi : Bank Indonesia - SEKI
Â