Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bukan FDI tetapi Utang Publik

1 Oktober 2015   03:18 Diperbarui: 1 Oktober 2015   03:30 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asa Berlebihan atas Penanaman Modal Asing

Betapa gencarnya Pemerintah Indonesia mengupayakan agar Modal Asing datang untuk berinvestasi langsung (FDI : Foreign Direct Investment) di Indonesia. Berbagai program dan insentif ditawarkan serta dilengkapi dengan janji kemudahan; bahkan karpet merah siap digelar menyambut para penanam modal yang datang. Banyak asa digantungkan dengan kehadiran modal asing; sehingga perlu belajar dari pengalaman agar kesalaha tidak berulang tetapi mengupayakan hasil yang lebih optimal.

Bahwa investasi akan membuka lapangan kerja, hal tersebut tidak dapat disangkal. Tetapi berharap FDI menjadi obat mujarab atas gejolak nilai tukar mata uang Rupiah (IDR) terhadap Dolar Amerika (USD), perlu dicermati terlebih dahulu. Demikian juga jika mengharapkan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan masalah Transaksi Berjalan yang saat ini defisit.

FDI dan Nilai Tukar dan Transaksi Berjalan

Benarkah FDI akan membuat IDR kuat terhadap USD dan mengalami apresiasi ? Grafik-1 berikut ini memberikan jawabannya.

Catatan. Sumbu kiri untuk nilai tukar USD - IDR dan sumbu kanan nilai FDI dalam USD Juta untuk tiap triwulan; masa 2012 hingga triwulan-2 2015.

Grafik-1 menunjukkan bahwa aliran dana investasi langsung yang bertambah tidak berpengaruh terhadap nilai tukar IDR yang kecenderungannya terus mengalami depresiasi. 

FDI dan Neraca Perdagangan

Aliran FDI dan Neraca Perdagangan untuk masa 2006 - 2014 diberikan pada Grafik-2.

 

Catatan. Sumbu kiri untuk jumlah FDI dan Neraca Perdagangan (BoT : Balance of Trade); sumbu kanan nilai ekspor dan impor masing-masing dalam besaran USD Miliar.

Dari Grafik-2, peningkatan FDI khususnya pasca 2010 tidak membuat neraca perdagangan surplus, bahkan sebaliknya defisit sejak 2012. Penurunan ekspor sejak 2012 merupakan dampak penurunan harga komoditi. Tetapi dapat juga dipahami bahwa produk FDI lebih berorientasi pada pasar domestik dan bukan produk ekspor yang bersaing di pasar global.

FDI dan Pertumbuhan GDP

Pertambahan jumlah FDI ternyata tidak mampu mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (GDP : Gross Domestik Product) khususnya pada masa setelah 2011 dan dapat dilihat pada Grafik-3 di bawah ini.

Catatan. Sumbu kiri besaran nilai FDI dalam USD Miliar dan Rasio Utang Publik terhadap GDP dalam prosen. Sumbu kanan dalam besaran prosen untuk pertumbuhan GDP dan rasio defisit Transaksi Berjalan terhadap GDP.

Selain hubungan FDI dan GDP, peningkatan jumlah aliran FDI tidak membuat defisit transaksi berjalan berkurang. Bahkan defisit terus bertambah khususnya pada masa 2012 - 2014. Penyebab bertambahnya defisit Transaksi Berjalan salah satu adalah meningkatnya pembayaran yang ditransfer (Transfer Payment) sebagai imbalan dari penanaman modal pada masa sebelumnya.

Ada hal lain yang menarik. Berkurangnya utang publik pada masa 2012-2014 ternyata selaras dengan penurunan tingkat pertumbuhan GDP. Hal ini menunjukkan bahwa dana yang digunakan untuk mengurangi utang publik seharusnya digunakan untuk investasi. Dampak pengurangan dana investasi tersebut baru dirasakan pada masa kini dengan turunnya tingkat pertumbuhan. Pemahaman mengutamakan pembayaran utang pada masa pembangunan tidak tepat. Lebih penting untuk investasi infrastruktur dan perluasan industri demi menambah lapangan kerja dan selanjutnya menikmati hasil investasi.

Mewujudkan Keunggulan Komparatif

Merupakan hal penting dan utama agar pembangunan yang digiatkan tidak semata untuk tujuan jangka pendek. Tetapi membentuk landasan yang menjadi basis keunggulan komparatif berkelanjutan (sustainable). Perlu disiapkan 6 (enam) modal (Six Capital) secara terencana dalam wawasan jangka panjang dan berkelanjutan. Tercakup di dalamnya adalah Business Capital, Infrastruktur, Human Capital, Intellectual Capital, Natural Capital, Social Capital. (Lihat artikel : Paket Stimulus Lebih Penting daripada Nilai Tukar). Modal ini menjadi pendukung pembangunan industri yang merujuk pada suatu tatanan atau pohon industri yang terintegrasi dan saling melengkapi. Bagaimana mewujudnyatakan 6 modal tersebut.

Dalam grafik-4 diberikan gambaran pertambahan modal untuk investasi dan pertumbuhan GDP.

Catatan. Sumbu kiri prosentase peningkatan nilai Bank Loan (Kredit Perbankan) dan Utang Swasta (Private Debt); sumbu kanan untuk penambahan Utang Publik, FDI, dan Pertumbuhan GDP untuk masa 2006 - 2014. Prosentase peningkatan tersebut didapat dari pertambahan jumlah atau pinjaman dari tahun sebelumnya dibagi dengan besaran GDP. Sebagai gambaran, misalnya pada tahun 2010 nilai GDP USD 600 Miliar. FDI pada 2011 bertambah USD 12 Miliar dibandingkan dengan jumlah FDI 2010. Maka prosentase peningkatan FDI 2011 dihitung sebagai 12 dibagi 600 atau sebesar 2%.

Dari grafik-4 di atas, trend pertumbuhan GDP selaras dengan trend peningkatan Utang Publik. Sementara saat trend jumlah FDI naik, trend pertumbuhan GDP turun. Demikian juga dengan trend peningkatan Utang Swasta dan Kredit perbankan yang mirip dengan trend FDI.

Dengan penjelasan tersebut, mewujudkan "Six Capital" bukan melalui FDI atau Utang Swasta dan Kredit Perbankan. Tetapi pada Inisiatif dan Tekad Pemerintah dengan dukungan Utang Publik.

Utang jangan ditabukan tetapi perlu dimanfaatkan dan dikendalikan untuk pembangunan yang berkelanjutan.

 

Sumber Informasi :

1. Bank Indonesia - SEKI dan SULNI

2. IMF DataMapper

 

Arnold Mamesah - Jelang fajar pertama Oktober 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun