Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

Deflasi, Tekanan Utang dan Depresiasi

21 Agustus 2015   03:05 Diperbarui: 28 Agustus 2015   14:39 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tekanan pada nilai tukar Rupiah (IDR) terhadap USD, selain terpengaruh “Currency Wars” juga akibat tekanan utang eksternal swasta khususnya yang segera jatuh tempo dan dampak aliran dana yang masuk serta keluar (capital flight) khususnya dari pasar modal.

Posisi utang dalam USD dan trend nilai tukar Rupiah terhadap USD dapat dilihat pada grafik berikut.

 

Sumber Informasi : Bank Indonesia - Indonesia External Debt Statistics dan Bank Indonesia - Foreign Exchange Rates

Sumbu kiri besaran utang dalam miliar USD berdasarkan posisi setiap triwulan sejak 2013 hingga Triwulan-II 2015.

 

Beban utang berdasarkan sektor industri dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Sumber Informasi : Bank Indonesia - Indonesia External Debt Statistics (dengan pengolahan)

Dari tabel di atas, sektor perbankan dan keuangan mengalami tekanan pada Neraca akibat depresiasi nilai Rupiah (Balance Sheet Recession). Untuk penjelasan lanjutan lihat artikel : Resesi Neraca dan Perubahan Perilaku dalam Langkah Pemulihan.

Kondisi aliran dana dapat dilihat pada grafik berikut ini.

 

Sumber Informasi : Bank Indonesia - SEKI Sektor Eksternal

Transaksi Berjalan yang defisit pada triwulan II sangat terkait dengan fenomena deflasi pada harga komiditas.

Tekanan depresiasi nilai Rupiah terhadap USD yang terus berlanjut dapat dipahami dari penjelasan berikut ini.

Posisi utang swasta yang jatuh tempo kurang dari satu tahun (triwulan II) sebesar USD 47 miliar (lihat pada tabel grafik Debt and Exchange Rate di atas). Secara rerata per triwulan kebutuhan untuk pemenuhan kewajiban utang (pokok pinjaman dan bunga) sedikit kurangnya dari USD 12 miliar. Sementara defisit transaksi berjalan triwulan-II besarnya hampir USD 4.5 miliar (lihat grafik Flow of Fund di atas). Secara keseluruhan kebutuhan (demand) USD per triwulan (khususnya pada triwulan II) sekitar kurang sedikit dari USD 16.5 miliar. Aliran dana masuk (supply) melalui FDI (Foreign Direct Investment) dan FPI (Foreign Portfolio Investment) pada triwulan-II tercatat hanya sekitar USD 9.4 miliar (lihat posisi FDI - USD 3,626 miliar dan FPI - USD 5,774 miliar pada triwulan-II tabel grafik di atas). Dengan memperhatikan supply-demand akan USD, terjadi kekurangan pada triwulan II sebesar USD 7 miliar atau USD 2.33 Miliar per bulan.

Konsekuensi dan Konklusi logis dari penjelasan di atas adalah depresiasi nilai Rupiah terhadap USD merupakan hal yang tidak terhindarkan.

Masalah Deflasi, Beban Utang, dan Depresiasi Nilai Tukar terus mendera dan menimbulkan tekanan pada perekonomian sehingga perlu diurai dan disusun langkah penyelesaian komprehensif serta menyeluruh yang bukan sekedar “pain killer” alias penghilang rasa sakit.

Informasi tersedia luas dan lengkap ... lakukan kajian secara cerdik, cermat dan cerdas berbasis Generally Accepted Principles bukan berdasarkan sentimen, "Sporadic or On The Fly Theory" atau bahkan Negativity Bias ! 

Artikel ini awal dari inisiatif : Indominomics dalam tatanan Ekonomi Supply Side dan akan berlanjut ... nantikan !

 

Arnold Mamesah - in collaboration with WA-Laskar Initiative (WALI)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun