2. Bagi Bank Sentral. Sebagai pengawal bidang moneter tentu akan menjalankan fungsi dan perannya dalam menjaga inflasi dan kurs tukar mata uang dengan berbagai strategi termasuk operasi pasar terbuka. Hanya yang perlu diingatkan bahwa terlalu fokus pada target inflasi akan berdampak pada suku bunga yang sulit turun dan selanjutnya mengurangi minat akan kredit pada dunia usaha. Berkurangnya kredit pada dunia usaha akan berdampak pada penurunan kegiatan terlebih pada penurunan investasi. Yang pasti No Return in the absence of Investment (Tiada Tuaian Tanpa Penanaman). Ikut dalam “Currency Wars” (devaluasi mata uang) sebagai strategi peningkatan ekspor terbukti tidak berhasil. Bahkan berdampak pada tekanan harga barang ekspor yang menggunakan bahan impor. Melalui cara persuasi dan regulasi, perlu mengingatkan perbankan akan resiko dan dampak balikan jika terlalu jauh bermain dalam perdagangan valas.
3. Bagi Dunia Usaha dan Masyarakat. Perlu koreksi perilaku dalam dunia usaha yang sarat dengan KKN, perilaku spekulasi, melupakan investasi dan fundamental usaha. Juga, terlalu termakan dengan isu serta sentimen negatif akan berdampak balikan yang bahkan lebih merugikan (lihat : Antisipasi Sentimen dan Spekulasi). Berhati-hati dalam berusaha atau sikap prudent memang perlu tetapi selalu perlu diingat bahwa No Pain No Gain. Membayar kewajiban utang merupakan niat baik tetapi memaksakan diri untuk membayar utang dengan pola pengetatan, untuk masa depan bukanlah kebijakan yang tepat. (lihat artikel : Bayar Utang Bikin Sesat).
Penyelesaian masalah resesi ekonomi bukan sekedar menggunakan logika berpikir biasa dalam upaya mendapatkan hasil dalam tempo sekejap. Berpijaklah pada "General Principles" yang telah terbukti dan langgeng dalam suatu horison waktu. Dalam pola itulah tiga butir di atas disusun menjadi Langkah Elegan Perekonomian Indonesia.
Catatan.
1. Sumber data : SEKI Bank Indonesia
2. Makna kata diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia :
- Becus : cakap, mampu
- Keruan : pasti, tentu
- Senonoh : patut, pantas