Gambaran utang yang ditanggung berdasarkan industri dapat dilihat pada tabel berikut.
1. Telaah pada grafik untuk masa 2013 hingga Mei 2015, penyebab utama depresiasi kurs tukar USD-IDR adalah beban utang luar negeri khususnya pada utang swasta (lihat artikel : Bayar Utang Bikin Resesi).
2. Industri Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan dengan beban utang yang ditanggung serta melihat trend ekspor, selayaknya mampu terus bertumbuh dan berekspansi untuk peningkatan ekspor.
3. Industri Mining dan Drilling sangat terdampak karena tekanan harga internasional juga turunnya permintaan.
4. Industri Manufacturing dan Pengolahan memiliki peluang tetapi dalam beberapa sektornya harus menanggung beban akibat bahan mentah atau bahan setengah jadi yang dibutuhkan harus diimpor. Akibatnya, depresiasi kurs tukar akan menaikkan biaya produksi dan dampaknya mengurangi “product competitiveness”
5. Industri Electricity, Gas, Water Works akan terdampak depresiasi kurs tukar. Sehingga harga jual yang merupakan kebutuhan masyarakat dan pendukung industri (terutama listrik) akan naik. Pada sektor industri kenaikan biaya listrik menyebabkan kenaikan biaya produksi dan selanjutnya berdampak pada harga jual produk.
6. Untuk industri lainnya akan mengalami dampak depresiasi nilai tukar berupa peningkatan jumlah kewajiban (liability) dalam neraca perusahaan. Sehingga perusahaan cenderung melakukan pengetatan biaya serta pengeluaran atau menaikkan harga jual yang tentu berdampak inflasi. (Tentang dampak pada Neraca Perusahaan, dapat dilihat pada artikel : Resesi Neraca dan Perubahan Perilaku dalam Langkah Pemulihan)
7. Khusus perbankan yang jumlah utangnya 45% dari total utang, depresiasi kurs tukar berdampak pada dua sisi yaitu (i) pada neraca berupa peningkatan jumlah utang dalam IDR dan (ii) pada sisi resiko khususnya pembayaran pengutang yang mencakup bunga dan pokok pinjaman; yang selanjutnya sangat berpotensi gagal bayar (debt default). Kondisi gagal bayar pada perbankan sudah pernah diungkapkan Gubernur Bank Indonesia ( Lihat artikel : BI Minta Bank Waspadai NPL). Perlu diingat bahwa dalam keadaan resesi masyarakat pemilik dana cenderung untuk menyimpan dana dalam bentuk tabungan atau deposito yang resikonya sangat rendah. (Lihat : Komposisi Deposito Meningkat). Dengan kondisi likuiditas yang berlebihan akibat meningkatnya dana simpanan serta rendahnya ekspansi kredit, perbankan akan berusaha mencari tambahan pendapatan. Bermain pada perdagangan valas (forex trading) merupakan godaan yang sangat menggiurkan walaupun menanggung resiko tinggi.
Mengurai Permasalahan
Bagaimanakah tanggapan masyarakat dan dunia usaha dalam menghadapi kondisi resesi saat ini khususnya berkaitan dengan depresiasi kurs tukar.