Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

Resesi Neraca dan Perubahan Perilaku dalam Langkah Pemulihan

28 Juli 2015   00:28 Diperbarui: 11 Agustus 2015   22:16 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan memperhatikan posisi utang perbankan dan kondisi Resesi Neraca (Balance Sheet Recession) pada korporasi dan masyarakat, dapat diprakirakan besarnya dampak depresiasi nilai tukar IDR.

Posisi utang berdasarkan valuta asing, posisi per akhir Mei 2015 diberikan pada tabel berikut ini.

Dengan gambaran di atas, 71,3% pinjaman dalam USD. Sehingga perlu disiapkan mitigasi apabila kemudian The Fed menaikkan suku bunga acuan yang konon akan berimbas pada tekanan depresiasi nilai tukar.

Langkah Pemulihan

Dengan posisi cadangan devisa pada kisaran USD 110 miliar dan sistem nilai tukar mata uang yang mengambing (floating exchange rate), juga kerjasama Bank Indonesia dengan Bank Sentral negara lain, serangan spekulasi akan dapat ditanggulangi. Demikian juga, jika kemudian The Fed USA menaikkan suku bunga acuan (Lihat artikel : Antisipasi Sentimen dan Spekulasi).

Tetapi koreksi tetap perlu dilakukan dalam praktek KKN Versi Baru pada dunia usaha dan juga perilaku dalam berutang. Masalah penyelesaian utang swasta perlu dilakukan dengan negosiasi untuk mendapatkan penyelesaian melalui berbagai skema yang saling menguntungkan bagi kreditur dan peminjam. Dengan demikian, tekanan depresiasi nilai tukar dapat berkurang.

Dalam situasi korporasi mengalami Resesi Neraca dan enggan mengambil kredit akan mengakibatkan turunnya aktivitas perekonomian dan “downward spiral” effect. Penurunan suku bunga kredit tidak menjamin minat korporasi dan juga masyarakat untuk mengambil kredit. Sikap enggan ini umumnya disebabkan rendahnya ekspektasi dalam dunia usaha saat perekonomian mengalami resesi.

Inisitiatif pemerintah dengan program stimulus khususnya mendorong proyek infrastruktur selayaknya menjadi pemicu kegiatan ekonomi untuk terus berputar.

Tetapi perlu juga motivasi dan arahan serta insentif diberikan pada dunia usaha. Benar bahwa pengembangan industri selayaknya berorientasi pada produk ekspor. Tetapi perlu juga mengandalkan produk dengan sumber barang mentahnya dari lokal. Juga, industri dengan wawasan mempersiapkan masa depan sejalan dengan pertumbuhan penduduk yaitu industri pangan. 

Pengembangan infrastruktur dan industri harus berjalan selaras dan diperlukan strategi serta prioritas. Untuk itu, keberadaan tatanan industri yang terintegrasi menjadi sangat penting agar terbentuk “supply chain” dan produk yang unggul serta memberi nilai tambah.

Perlu menjadi perhatian semua pihak, langkah pemulihan bukanlah “Mi-Instan” yang siap saji dan dinikmati dalam waktu singkat”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun