Jika dilihat dari GDP, pemerintah porsi pemerintah kurang dari 10% dan sisanya merupakan kontribusi swasta serta masyarakat. Sehingga wajar jika pemerintah berupaya mendorong peran aktif swasta dan masyarakat untuk bersinergi bersama pemerintah mentransformasi perekonomian khusus dari kondisi resesi berbalik arah menuju pemulihan.
Saran bagi masyarakat, agar untuk sementara tidak memaksakan diri untuk menabung tetapi tetap berkonsumsi secara wajar.
Sementara bagi swasta dan korporasi, tidak melakukan pengetatan dan terburu-buru bahkan memaksakan pembayaran utang; upayakan penundaan melalui negosiasi serta tetap berutang terutama untuk investasi.
Bagi pemerintah, sangat tepat kebijakan untuk tidak mengetatkan anggaran. Upaya mendorong serta mengutamakan swasta tidak hanya dengan cara persuasi tetapi juga memastikan “fair playing field”.
Beberapa penjelasan di atas yang terasa janggal. Tetapi sesungguhnya demikianlah penyelesaian masalah perekonomian yang tidak dapat dilihat pada rentang waktu singkat tapi selayaknya memperhatikan untuk masa yang panjang. Perlu mempelajari (learn) dan mengaplikasikan penyelesaian permasalahan dengan memanfaatkan data secara komprehensif berpijak pada prinsip ekonomi, membuang perilaku menyesatkan dari masa lalu (unlearn), namun berkenan memanfaatkan pengajaran dari masa lalu yang ternyata tetap relevan (relearn).
Mengutip kata-kata Alvin Toffler :” The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn”.
Jelang akhir pekan kedua Juli 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H