Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama Artikel Utama

Asa dalam Siklus Perekonomian

23 Juni 2015   09:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:39 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lega Sesaat

Sejak pekan lalu dan Senin keempat Juni 2015, ada beberapa indikasi yang melegakan dari sisi internal dan eksternal.

Dari situasi internal (dalam negeri) yang patut dicatat antara lain :

  • Kesiapan pemerintah dengan kebijakan “instant” pengendalian inflasi menghadapi Hari Raya serta percepatan pembayaran kenaikan gaji dan gaji ke-13 PNS. Juga, beberapa pernyataan Presiden Jokowi yang tetap berupaya mendorong proyek infratruktur serta akan mengalirnya dana pinjaman dari China, dana pinjaman multilateral dan penerbitan surat utang.
  • BI Rate tetap pada 7.5% tetapi mengindikasikan kesiapan BI untuk mendukung proyek infrastruktur melalui ekspansi kredit perbankan.
  • Situasi pasar khususnya barang konsumsi yang tidak menunjukkan gejolak walaupun harus impor beberapa barang konsumsi.
  • Fluktuasi kurs tukar USD-IDR cenderung reda. Kebutuhan USD diprakirakan masih tinggi hingga akhir Juni 2015 untuk pemenuhan kewajiban utang swasta sementara tekanan kewajiban utang pemerintah tidak menimbulkan gejolak. Kebutuhan lain, misalnya perjalanan luar negeri tidak besar sedangkan untuk impor BBM dengan besaran sekitar USD 150 Juta bukan hal baru yang berpotensi menimbulkan gejolak.

Dari sisi eksternal, beberapa indikasi positif adalah :

  • Keputusan The Fed menunda kenaikan suku bungan acuan untuk waktu yang belum ditentukan.
  • Penyelesaian utang Yunani berindikasi “akan dapat diterima” pihak-pihak yang berkepentingan dan tidak banyak pengaruhnya untuk kawasan di luar Euro.
  • Kajian World Bank atas turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, tidak membuat gejolak karena sudah diprakiran sebelumnya.
  • Belum ada sentimen negatif yang berpotensi gejolak pada pasar keuangan global dan berdampak “sudden capital outflow”.

Kondisi internal dan eksternal yang ada, memberikan asa dan membangun optimisme bagi kelanjutan perekonomian.

 

Siklus Perekonomian dan Faktor Penunjang

Siklus perekonomian dipahami sebagai rangkaian kondisi ekonomi dalam horison waktu (time horizon) pertumbuhan (dalam ukuran pertumbuhan PDB : Produk Domestik Bruto atau GDP : Gross Domestic Product) yang mencakup kondisi Puncak (Peak), Resesi (Recession), Palung (Trough), dan Pemulihan (Recovery). Perekonomian Indonesia, dalam kurun waktu panjang mengalami siklus tersebut seperti digambarkan pada chart berikut ini.

Catatan. Angka Pertumbuhan dalam persen.

 

Dari chart pertumbuhan PDB pasca Krismon 1998, puncak pertumbuhan pertama terjadi pada 2007 dan kedua pada 2011. Kondisi palung (paling rendah) terjadi pada 2009 (pasca krisis keuangan di USA). Setelah 2011, trend pertumbuhan perekonomian menurun hingga triwulan pertama 2015 dan dapat disebut sebagai masa resesi (penurunan pertumbuhan). Penurunan pertumbuhan triwulanan dapat dilihat pada chart berikut ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun