"Setelah mentari terbenam
malam tersenyum
karena senja
berada
Sepinya malam menjadi terusik
ketika purnama menyapa,
desiran angin berbisik,
menyebut senja
Senja telah bersemayam
dalam relung langit
rindu, melilit
malam"
****
Sebelum pergi Isak sempat singgah di Kantor POLDA Manado. Namun Ia tidak masuk sampai ke dalam--hanya di gerbang.
"Semoga jarak tidak membuat kita terpisah dan POLDA ini hanya menjadi memori usang," gurau dalam hatinya.
Pagi itu pukul 07:00 Isak tiba di terminal Paal Dua. Setelah turun dari angkot, lalu pindah ke angkot lain, Paal Dua-Bandara.
Saat tiba di Bandara ketika Isak hendak masuk, Ia teringat akan pesan Mira yang diberikan petugas waktu itu.
"Apa ini sebagai tanda aku dan Mira akan berpisah selamanya? Hati ini terasa kosong serasa ditinggal seseorang selamanya." Lagi lagi Isak serasa berat meninggalkan Kota Manado.
****
Enam bulan telah berlalu, Isak merasa hidup di kota tidak seindah di kampung halamannya. Canda dan tawa tidak pernah terlewatkan dalam hidupnya bersama keluarga serta sahabat-sahabatnya. Tidak seperti di Kota Jakarta yang begitu ramai tapi hatinya seperti tenggelam di lautan sunyi.
"Kenapa Mira tidak memberi kabar. Apa Mira tidak merindukanku?" sekejap terlintas di pikiran Isak.
Karena pekerjaan tidak kunjung di dapat. Sore itu, Isak duduk di tepian pantai sambil menikmati senja. Kemudian Ia mengambil kertas pemulung itu dari dalam tasnya lalu menuliskan kembali di dinding beranda facebooknya. Isak berusaha menyemangati diri sendiri.
"Berlayar di tengah lautan
Ombak datang menghampiri
Memilih bertahan sampai tujuan
Keputusan ada di tanganmu sendiri
Engkau memang nahkodanya
Mereka adalah penumpangnya
Berpikirlah dulu sebelum pulang
Ingatlah dahulu sebelum menyebrang."
Ketika Isak memposting, teman-teman dalam facebooknya memberi tanggapan positif. Namun tetap saja hatinya masih dirundung sepi.
Isak hendak beranjak dari tempat tersebut, tiba-tiba seseorang mengomentari postingannya, "Kamu di mana? Kalau bisa kita bertemu di kedai kopi. Nanti kamu kirim nomormu lewat imbox."
Isak bingung mau membalas komentarnya atau tidak. Bertemu apalagi. Isak takut bertemu dengan orang tersebut sebab orangnya bertato dan berambut panjang--ketika Isak mengecek foto-foto milik akun tersebut. Sehingga Ia tidak membalas komentarnya.
****
Pagi itu Isak sedang duduk minum kopi di sebuah kedai kopi. Tidak lama kemudian Isak melihat di layar ponselnya jam telah menunjukkan pukul 09:00 sehingga beranjak dari tempat tersebut menuju meja kasir.
"Mau bayar meja nomor berapa?" tanya pelayan kedai itu. "Nomor 09."
"Oh, meja tersebut telah dibayar seorang pria yang duduk di meja nomor 12." Kata pelayan itu dengan ramah. " Oh iya, sebelum dia pergi Ia juga menitipkan ini ke saya agar memberikannya padamu." Saat Isak hendak pergi.
Seusai mengambil selembar kertas berukuran KTP dari pelayan tersebut, Isak pergi meninggalkan kedai kopi.
Sementara Isak sedang berjalan di atas trotoar sambil berpikir, "Siapa orang itu, aku tidak mengenalnya tapi dia seolah-olah mengenaliku. Kalau benar mengenaliku kenapa tadi dia tidak langsung menghampiri mejaku?"
"Piiiiittttt!" Sebuah mobil hampir menabrak isak. "Mas kalau jalan pakai mata!" Suara seorang sopir dari dalam mobil. Isak tersadar tidak lagi berjalan di atas trotoar. "Iya, maaf pak. Maaf." Sambil menghindar dari bibir mobil tersebut.
Matahari mulai panas sehingga kaki Isak tidak tahan berjalan dan haus. Kebetulan di pinggir jalan, sekitar 50 meter, Isak sudah melihat sebuah gerobak penjual es. Dengan cepat Isak melangkah menghampiri penjual es tersebut karena sudah kehausan.
"Mbak esnya satu." Saat tiba di tempat itu.
"Mau es sejuk apa es rindu, Mas?"
"Mbak saya mau minum es bukan ajak bercanda," Isak menatap Mbak tajam karena lelah dan haus menggerogoti tubuhnya.
"Maaf Mas tapi saya serius!" Mbak sambil menunjuk tulisan di gerobaknya.
"Oh, maaf. Aku pikir tadi Mbaknya bercanda."
"Tidak apa-apa. Mas pasti orang baru di sini ya? Maksudnya baru pertama minum es di tempat ini."
"Iya, emangnya kenapa Mbak?"
"Soalnya kalau yang udah sering mampir di warung Mbak nggak kaget ketika ditawarin es seperti tadi." Mbak tersenyum.
"Oh. Memangnya beda ya rasanya es sejuk sama es rindu?"
"Oh iya, pasti beda lah Mas."
"Ya sudah aku mau pesan es rindu saja." Isak tersenyum.
"Okey. Mas tunggu sebentar."
****
"Oh iya Mbak, sudah lama ya jualan di sini?"
"Iya, emangnya kenapa?"
"Soalnya esnya enak sekali kayak Mbak." Isak sedikit gombal.
"Hahaha.... Ah, Mas bisa aja."
Bersambung ...
Weda, 10 Desember 2023
Arnol Goleo [21:52]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H