Seusai mengambil selembar kertas berukuran KTP dari pelayan tersebut, Isak pergi meninggalkan kedai kopi.
Sementara Isak sedang berjalan di atas trotoar sambil berpikir, "Siapa orang itu, aku tidak mengenalnya tapi dia seolah-olah mengenaliku. Kalau benar mengenaliku kenapa tadi dia tidak langsung menghampiri mejaku?"
"Piiiiittttt!" Sebuah mobil hampir menabrak isak. "Mas kalau jalan pakai mata!" Suara seorang sopir dari dalam mobil. Isak tersadar tidak lagi berjalan di atas trotoar. "Iya, maaf pak. Maaf." Sambil menghindar dari bibir mobil tersebut.
Matahari mulai panas sehingga kaki Isak tidak tahan berjalan dan haus. Kebetulan di pinggir jalan, sekitar 50 meter, Isak sudah melihat sebuah gerobak penjual es. Dengan cepat Isak melangkah menghampiri penjual es tersebut karena sudah kehausan.
"Mbak esnya satu." Saat tiba di tempat itu.
"Mau es sejuk apa es rindu, Mas?"
"Mbak saya mau minum es bukan ajak bercanda," Isak menatap Mbak tajam karena lelah dan haus menggerogoti tubuhnya.
"Maaf Mas tapi saya serius!" Mbak sambil menunjuk tulisan di gerobaknya.
"Oh, maaf. Aku pikir tadi Mbaknya bercanda."
"Tidak apa-apa. Mas pasti orang baru di sini ya? Maksudnya baru pertama minum es di tempat ini."
"Iya, emangnya kenapa Mbak?"