Mohon tunggu...
Arnol Goleo
Arnol Goleo Mohon Tunggu... Lainnya - Anakmomen

"Cukup pagi hari 'kau minum air susu ibumu', jangan sampai malam 'kau genggam buah dadanya.'"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seorang Tuan dan Keempat Benih

20 November 2023   20:50 Diperbarui: 20 November 2023   21:03 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang tuan memiliki empat benih. Saat hendak menabur benih pertama, musim kemarau tiba. Tuan tersebut kebingungan dan ingin pasrah karena musim tak bersahabat.

Dengan terpaksa menabur benih pertamanya itu. Dalam waktu singkat, tuan terkejut; sebab benih yang ditaburnya mulai tumbuh subur.

Lagi lagi kemarau tak kunjung usai, Ia menabur benih kedua. Ketika benih kedua mulai tumbuh dan hendak menghasilkan buah, badai melanda.

Namun tuan tak lagi goyah, mungkin Ia sudah terbiasa dengan badai yang terus melanda atas benih pertama dan kedua--hatinya telah dilatih untuk sabar.

Tuan pun tak peduli lagi apakah benih pertama dan kedua menghasilkan buah atau tidak--Ia tak pedulikan lagi. Akhirnya benih ketiga pun ditabur.

Benih ketiga ini berbeda dengan benih pertama dan kedua--ini stimewa. Setelah ditabur di tanah yang khusus namun "seseorang mengambilnya," tanpa seizinnya.

Sungguh betapa malangnya nasib tuan; Ia merenung panjang. Suatu ketika, seseorang yang tak dikenal datang membawa benih tersebut.

Walau pun benih itu tak lagi miliknya, Ia bahagia karena "orang yang mengambilnya" telah merawatnya dengan baik.

Akhirnya benih terakhirnya ditabur dengan sukacita sebab benih pertama dan kedua telah menghasilkan buah. Dan menjadikan benih ketiga sebagai penyemagatnya.

Weda, 20 November 2023
Arnol Goleo [22:46]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun