Mohon tunggu...
Arnol Goleo
Arnol Goleo Mohon Tunggu... Lainnya - Anakmomen

"Cukup pagi hari 'kau minum air susu ibumu', jangan sampai malam 'kau genggam buah dadanya.'"

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cahaya di Negeri Lembah

14 November 2023   12:14 Diperbarui: 14 November 2023   12:19 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Ada sekelompok penduduk bermukim di lembah dengan jumlah yang sangat kecil, juga mereka sangat menjunjung tinggi adat-istiadat. Penduduk tersebut memiliki seorang petuah yang mempunyai kesaktian kebal tubuh. Selain itu, Ia memiliki kemampuan dapat melihat masa depan. Namanya Adil.

Untuk mendapatkan kesaktiannya itu, Adil harus melakukan sebuah ritual atau bertapa di sebuah Gua selama beberapa hari, atau berbulan-bulan. Gua sebagai tempat bertapanya itu tidak jauh dari pemukiman mereka. Di antara pemukiman penduduk dan Gua tersebut ada sebuah sungai, warga menyebutnya sungai Wailamo.

Masyarakat itu sangat menjunjung tinggi adat-istiadat dan masih percaya terhadap hal-hal gaib atau makhluk halus sebagai "Tuhan" mereka yang memiliki kekuatan diluar kendali manusia pada umumnya. Sehingga ada tempat-tempat khusus dianggap suci yang dihuni oleh makhluk halus sebagai pemberi kekuatan atas diri mereka, Gua tempat bertapa Adil contohnya.

Baca juga: Aku Lembah

Karena penduduk belum tersentuh modernisasi jadi dalam menafkahi setiap anggota keluarga dengan berburu di hutan, meramu sagu, bercocok tanam padi ladang dan menangkap ikan di sungai, salah satunya adalah sungai Wailamo sebagai sumber penghasilan, tempat mencari atau menangkap ikan.

Kehidupan komunitas sangat harmonis kala itu, sehingga hasil buruan; berburu rusa, menangkap ikan dan lain-lain tidak dinikmati sendiri atau hanya dalam keluarga kecil tetapi hasil buruannya itu dibagi-bagi keseluruh masyarakat setempat.

Suatu ketika, masyarakat mengadakan upacara atas hasil panen padi ladang. Sebelum upacara makan bersama dilaksanakan Adil mendapat penglihatan langsung lewat telapak tangannya bahwa akan datang segerombolan orang-orang. Adil sendiri tidak memastikan siapa mereka sesungguhnya.

Baca juga: Suara dari Lembah

Namun, tujuan dari kedatangan mereka Adil sudah mengetahui persis sehingga Ia cepat-cepat kembali dari pertapaannya itu untuk memberitahukan kepada seluruh warga, terutama kepada keluarganya.

****

"Tidak lama lagi orang-orang akan datang, mata mereka seperti ikan gorango. Sepertinya, mereka bukan orang-orang biasa dan tujuan mereka tidak baik. Dari hasil penglihatanku, mereka akan membunuh seluruh warga, termasuk kita." Tutur Adil saat tiba di rumah, di depan istri dan anak-anaknya.

Baca juga: Cahaya Tak Memilih

Saat itu keluarga Adil sangat ketakutan dengan hasil penglihatannya. Setelah menceritakan kepada keluarganya, Adil langsung menyampaikan hal itu juga kepada seluruh warga.

"Aku harap kali ini upacara makan bersama harus dibatalkan dan kita semua bersiap-siap pergi meninggalkan tempat ini dan mencari tempat yang baru. Sebab Aku telah melihat bahwa tempat tinggal kita ini nanti dipenuhi api. Orang-orang yang akan datang adalah orang-orang kejam. Kalau kita tidak segera pergi, kita semua akan mati dibunuh!" Kata Adil dengan memohon kepada semua warga saat berkumpul di Rumah Adat agar segera meninggalkan tempat pemukiman mereka.

Namun apa yang dilihat dan diucapkan Adil di depan warga sia-sia. Mereka tidak percaya dengan ucapannya. Sehingga Adil kembali ke rumahnya dengan rasa cemas.

****

"Kita pergi sekarang!" kata istri Adil. "Tidak. Bawa saja anak-anak kita pergi dari sini." Jawab Adil.

Akhirnya istri dan anak-anaknya pergi seusai mengemas barang-barang mereka.

Karena Adil tidak ingin meninggalkan warga sehingga Adil bertahan walaupun Adil telah memperingatkan mereka, juga telah mengetahui tentang pertistiwa itu sudah di depan mata.

Siang itu, semua warga sibuk mempersiapkan upacara malam, yang laki-laki mendekorasi Rumah Adat menggunakan daun muda Seho sedangkan perempuan atau istri mereka disetiap rumah menyiapkan makanan untuk dibawa ke Rumah Adat.

Adil hanya terdiam tetapi hatinya cemas ketika melihat warga dengan antusias menyambut atau merayakan pesta besar yang sebentar lagi dilaksanakan sebab inilah hari yang sangat dinanti-nantikan oleh semua warga. Karena setiap panen padi ladang hanya sekali diadakan upacara.

Di sore hari tambur mulai berkumandang dan semua warga berbondong-bondong datang di Rumah Adat dengan membawa makanan masing-masing. Upacara pun dimulai dengan tarian cakalele sebagai pembuka upacara sambil menunggu warga yang lain.

Setelah semuanya berkumpul dan makan bersama. Dipertengahan upacara, semua lelaki sudah dipenuhi alkohol namun tambur terus dikumandangkan diiringi tarian cakelele dibibir Rumah Adat untuk menghibur sekaligus sebagai tarian ucapan syukur.

Tanpa persiapan dan acuh terhadap ucapan atau penglihatan petuah mereka yakni Adil. Tiba-tiba datanglah segerombolan persis seperti yang dikatakan Adil tanpa belas kasih membantai seluruh warga, kecuali Adil. Karena Adil memiliki kebal tubuh sehingga Adil dijadikan sebagai tahanan mereka karena senjata mereka tidak mempan atas Adil.

Bukan hanya warga yang dibantai tetapi seluruh rumah warga dibakar, rata tanah. Hanya satu yang tersisa yaitu Rumah Adat sebab dihuni oleh roh halus yang melindungi Rumah Adat tersebut. Karena warga belum memeluk agama apapun seperti saat ini sehingga mereka percaya bahwa makhluk halus dapat melindungi.

Walau pun begitu Rumah Adat tidak bertahan lama seusai segerombolan orang-orang itu melakukan sebuah ritual doa dan berhasil dibakar.

Mereka adalah tentara Belanda datang dengan persenjataan lengkap dan akhirnya tempat itu berlumuran darah juga mayat warga dan sebagiannya lagi ditelan api.

Bersambung...

Weda, 14 November 2023
Arnol Goleo [14:07]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun