BUKAN SEKEDAR NAMA
Perkenalan awal Mik dan Pina saat nobar. Waktu itu film Galang dan Cinderela masih tren di zaman mereka remaja. Karena berepisod, film Galang dan Cinderela setiap malam tayang, yang beda adalah jam tayang kedua film tersebut.
Di zaman mereka remaja hanya ada satu televisi di kampung sehingga semua anak remaja di kampung dan tetangga kampung kumpul di satu tempat untuk nobar. Karena itu, Mik dan Pina sering jumpa disana, lalu mereka saling jatuh cinta serta menjalin hubungan asmara dan resmi berpacaran.
Seiring berjalannya waktu, Pina hamil. Karena Pina hamil muda dan masih duduk di bangku SMP kelas III jadi mereka menggugurkan janin dalam rahim Pina. Sebab mereka takut dan malu ketika diketahui oleh teman-temannya, terutama kedua orangtua mereka.
Namun kisah asmara Mik dan Pina tidak berakhir sampai di situ. Hubungan mereka bertahan sampai ke jenjang pernikahan.
***
Setelah dua tahun menikah, Pina mengandung lagi. Ketika kandungan Pina memasuki tujuh bulan dan hanya menunggu dua bulan lagi Pina segera melahirkan.
Seusai makan sore, Mik dan Pina duduk di teras depan gubuk mereka. "Bagusnya kita beri nama siapa pada anak pertama, Mik?" tanya Pina kepada suaminnya sambil mengelus pelan perutnya.
"Kita kasih saja namanya Galang. Ya Galang, keren kan?" Kata Mik kepada istrinya. "Tapi ketika anak pertama kita yang ada dalam kandunganku ini perempuan. Saya akan beri dia dengan nama, Cinderela" balasnya.
"Oke?!" Kata suaminya dengan sedikit kesal. Sebab dia menginginkan anak pertama mereka adalah laki-laki, sedangkan istrinya sebaliknya. Sehingga keinginan mereka tidak seirama.
Suami-istri telah memikirkan nama anak pertama mereka sebelum lahir dan berpegang teguh dengan kayakinannya masing-masing saat ini.
Setelah dua bulan berlalu, pagi itu, kabut masih bertengger di udara dan dedaunan. Pina masih di atas tempat pembaringan sedangkan Mik mengantikan peran istrinya di dapur.
"Mik," teriak Pina dari dalam kamar. "Ya!" sahut Mik di dapur tetapi tetap melanjutkan pelerjaannya. "Mikk!!" jerit Pina kali kedua makin meninggi. Lalu Mik bergegas masuk kamar. "Ya Tuhan! Kamu kenapa, Na?" ketika Mik membuka pintu kamar dan mendapati istrinya tergeletak di lantai dekat pintu lalu menghampirinya.
"Tidak tahu. Tiba-tiba pinggangku terasa sakit sekali dan kepalaku pusing akhirnya aku jatuh ke lantai" jawabnya sambil berdiri dari lantai dibantu oleh Mik.
"Memangnya Na mau ke mana?" tanya Mik tulus sambil memandu istrinya ke tempat pembaringan. "Mau ke dapur mau lihat suamiku memasak." Candanya. "Aku serius Na, kamu malah bercanda. Kalau butuh sesuatu, panggil saja aku. Aku takut Na kenapa-kenapa, juga kandunganmu!" Â Kata Mik agak kesal. "Iya.. Iya.. Maaf!"
Setelah sampai di tempat pembaringan, "Na, jangan-jangan itu tandanya Galangku mau lahir." Sontak suaminya. "Jangan geer kamu, yang lahir pasti Cinderela," bantahnya walau istrinya sedang kesakitan.
Lagi, kedua suami-istri itu beradu mulut bahwa janin dalam kandungan Pina sesuai dengan impian mereka. Namun mereka belum tahu pasti sebenarnya anak dalam kandungan itu laki-laki atau perempuan.
Karena selama Pina mengandung, mereka tidak pernah ke rumah sakit untuk USG. Padahal sejak mereka menikah, mereka sepakat bahwa ketika Tuhan menganugerahi janin dalam kandungan Pina, Pina harus dioperasi.
Namun, karena latarbelakang ekonomi keluarga mereka tidak memiliki biaya yang cukup untuk mengontrol kehamilan Pina, operasi apalagi.
Sehingga sebagai jalan alternatif, Mik memanggil salah seorang Dukun Beranak di kampungnya. Setelah Mik mendatangkan seorang Dukun perempuan untuk membantu istrinya melahirkan di rumah, semua kerabat terdekat pun berdatangan untuk menyambut kelahiran anak pertama Mik dan Pina.
Di ruang tamu, Mik dan kerabat lainnya sudah tidak sabar menunggu kelahiran malaikat kecil itu. Tiba-tiba terdengarlah tangisan anak kecil dari dalam kamar.
Seusai bayi itu lahir salah seorang kerabat perempuan Mik keluar dari kamar persalinan Pina dan berkata, "Selamat yah, Mik, sekarang kamu jadi ayah." Mik tersenyum saja.
"Anak pertamamu perempuan," katanya lagi kerabatnya itu. Seketika itu senyum Mik pun menghilang dari bibirnya. Dan kerabatnya itupun masuk lagi ke dalam kamar.
"Kamu hebat, Mik. Kamu memiliki anak kedua laki-laki, alias kembar." Ketika kerabatnya keluar dari kamar yang kedua kalinya.
"Hah, yang benar?" kaget Mik dan bahagia. "Iya!"
"Terima kasih Tuhan," dalam hati Mik sambil menatap atap rumahnya. Mik bersyukur, akhirnya mereka dianugerahi anak kembar dan tak perlu lagi berdebat dengan istrinya soal nama.
Setelah anak kembar mereka lahir, Pina memasuki usia 20 tahun sedangkan Mik 22 tahun, dua tahun lebih tua dari istrinya.
Satu tahun kemudian anak kembar mereka itu pun dibaptis, yang perempuan diberi nama Cinderela dan laki-laki bernama Galang.
[Bersambung]
Bailengit, 21 Agustus 2023
Arnol Goleo [11:14]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H