Mohon tunggu...
Arnol Goleo
Arnol Goleo Mohon Tunggu... Lainnya - Anakmomen

"Cukup pagi hari 'kau minum air susu ibumu', jangan sampai malam 'kau genggam buah dadanya.'"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Titisan Dewi Telaga Lina

26 Juni 2023   21:59 Diperbarui: 27 Juni 2023   17:03 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Suatu hari pangeran Arya masih berumur 12 tahun berburu rusa di hutan Lembah Maleeo bersama tiga prajurit kerajaan dan mereka melihat sebuah danau yang sangat indah.

Danau itu masih termasuk wilayah kekuasaan kerajaan Maleeo. Karena keindahannya itu Arya terpikat.

Sehingga setiap kali berburu di hutan, Arya selalu meluangkan waktu untuk mandi atau sekedar mengunjungi danau tersebut menikmati pemandangannya.

Ketika Arya berburu yang ketiga kalinya. Arya bertemu dengan seekor Lalat Raksasa, penghuni danau itu.

"Wahai nak! Sedang apa kau di sini?" tanya Lalat kepada Arya.

"Si-sia..apa kamu?" tanya Arya dengan bibir kaku karena takut.

"Aku penghuni danau ini. Danau ini adalah milikku," jawab Lalat itu dengan tegas. "Sekarang pergilah sebelum kau mendapat masalah."

"Baiklah. Tapi boleh saya tahu, sejak kapan engkau tinggal di sini? Dan mengapa saya akan mendapat masalah di tempat ini? Bukankah danau ini adalah wilayah kekuasaan ayahku?"

Ketiga prajurit yang mengawal Arya datang langsung menyerang Lalat sehingga Lalat raksasa balik menyerang. Ketiga prajurit itupun terluka akibat serangan Lalat.

Karena selain besar, Lalat memiliki kesaktian kebal tubuh. Jadi setiap anak panah diluncurkan oleh prajurit kerajaan tidak mempan. Akhirnya mereka melarikan diri sebelum amarah Lalat memuncak dan membunuh mereka. Bagitu juga dengan Arya ikut melarikan diri bersama prajurit.

***

Sesampainya di kerajaan Arya mencerikatan kejadian itu kepada ayahnya. Ayah Arya sangat marah besar.

"Berani-beraninya makhluk itu mengganggu putraku!"

Akhirnya raja Abia, ayah Arya, membawa segerombolan pasukannya untuk memberi pelajaran pada Lalat itu.

Sesampainya di danau Talaga Lina, mereka membantai lalat-lalat yang ada yaitu prajurit Lalat Raksasa. Setelah membantai, raja Abia kembali ke kerajaan bersama pasukannya.

Si Lalat Raksasa sangat sedih ketika pulang melihat prajurit-prajuritnya banyak yang mati dibunuh oleh pasukan kerajaan Maleeo sehingga amarahnya memuncak dan pergi sendirian menuntut balas.

Malam itu, Lalat Raksasa mengobrak abrik kerajaan Maleeo dan berhasil membunuh ribuan prajurit kerajaan Maleeo.

Seusai kejadian itu, Abia mengumpulkan seluruh pejabat kerajaan untuk mengadakan pertemuan agar diadakan sebuah sayembara sebab menurut raja Lalat tersebut cukup sakti dan prajurit kerajaan tidak mampu melawannya termasuk raja sendiri.

Besoknya parajurit kerajaan mengumumkan sayembara tersebut. Dalam isi sayembara bahwa siapa yang berhasil membunuh Lalat Raksasa, orang tersebut akan diangkat menjadi panglima kerajaan sebab panglima sebelumnya telah dibunuh oleh Lalat.

Satu per satu pendekar dari berbagai negeri berdatangan menghadap raja. Orang pertama datang menghadap raja adalah seorang pendekar dari kerajaan Pigu.

"Hormat hamba raja. Apa yang ingin hamba lakukan untukmu?" tanya pendekar kepada raja.

"Pergilah ke Danau Talaga Lina dan bunuh Lalat Raksasa. Setelah berhasil membunuhnya, bawa salah satu anggota tubuhnya sebagai bukti bahwa engkau telah membunuhnya dan pendekar akan saya angkat sebagai panglima kerajaan Maleeo." Tutur raja.

"Baiklah!"

Pendekar itu pun pergi ke danau tersebut. Namun beberapa minggu kemudian dikabarkan bahwa pendekar itu telah mati dibunuh Lalat Taksasa.

Selama beberapa bulan puluhan pendekar dari berbagai negeri datang mengikuti sayembara tersebut namun tidak ada yang mampu melawannya. Semua mati.

Rajapun makin gelisah dan takut apabila Lalat raksasa murka dan mendatangi kerajaan Maleeo yang kedua kalinya serta mengobrak abrik seperti sebelumnya sebab sudah tidak ada lagi pendekar yang datang mengikuti sayembara yang diadakan oleh raja tersebut.

***

"Tuan, apakah masih diadakan sayembara?" tanya pendekar itu sambil merundukkan kepalanya di depan raja. Berbaju hitam dengan pedang biru di tangan kirinya.

Pendekar tersebut berasal dari negeri Baru, namanya Otar, memiliki badan besar dan tinggi. Selain itu, Ia memiliki kesaktian kebal tubuh seperti Lalat Raksasa.

"Seyembara sudah ditutup. Tapi kalau mau ikut silakan!" jawab raja dengan santai sambil mengayunkan tangannya.

Seyembara memang sudah berakhir namun raja Abia tidak mungkin menolak tawaran dari pendekar itu. Sebab raja ingin sekali menghabisi Lalat Raksasa sebelum Lalat datang lebih dulu membantai atas perlakuan raja terhadap Lalat selama ini.

Dua hari kemudian, raja Abia terkejut saat melihat pendekar Otar berlumuran darah dan membawa salah satu anggota tubuh Lalat.

[Bersambung]

Bailengit, 26 Juni 2023
Arnol Goleo [23:54]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun