Sesampainya di kerajaan Arya mencerikatan kejadian itu kepada ayahnya. Ayah Arya sangat marah besar.
"Berani-beraninya makhluk itu mengganggu putraku!"
Akhirnya raja Abia, ayah Arya, membawa segerombolan pasukannya untuk memberi pelajaran pada Lalat itu.
Sesampainya di danau Talaga Lina, mereka membantai lalat-lalat yang ada yaitu prajurit Lalat Raksasa. Setelah membantai, raja Abia kembali ke kerajaan bersama pasukannya.
Si Lalat Raksasa sangat sedih ketika pulang melihat prajurit-prajuritnya banyak yang mati dibunuh oleh pasukan kerajaan Maleeo sehingga amarahnya memuncak dan pergi sendirian menuntut balas.
Malam itu, Lalat Raksasa mengobrak abrik kerajaan Maleeo dan berhasil membunuh ribuan prajurit kerajaan Maleeo.
Seusai kejadian itu, Abia mengumpulkan seluruh pejabat kerajaan untuk mengadakan pertemuan agar diadakan sebuah sayembara sebab menurut raja Lalat tersebut cukup sakti dan prajurit kerajaan tidak mampu melawannya termasuk raja sendiri.
Besoknya parajurit kerajaan mengumumkan sayembara tersebut. Dalam isi sayembara bahwa siapa yang berhasil membunuh Lalat Raksasa, orang tersebut akan diangkat menjadi panglima kerajaan sebab panglima sebelumnya telah dibunuh oleh Lalat.
Satu per satu pendekar dari berbagai negeri berdatangan menghadap raja. Orang pertama datang menghadap raja adalah seorang pendekar dari kerajaan Pigu.
"Hormat hamba raja. Apa yang ingin hamba lakukan untukmu?" tanya pendekar kepada raja.
"Pergilah ke Danau Talaga Lina dan bunuh Lalat Raksasa. Setelah berhasil membunuhnya, bawa salah satu anggota tubuhnya sebagai bukti bahwa engkau telah membunuhnya dan pendekar akan saya angkat sebagai panglima kerajaan Maleeo." Tutur raja.