Mohon tunggu...
Arnol Goleo
Arnol Goleo Mohon Tunggu... Lainnya - GOLMEN

Penaku bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Adil dan Botar (Part 1: Hoan Itutu'u)

8 Juni 2023   17:42 Diperbarui: 8 Juni 2023   17:44 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 1890-an, Adil dan keluarganya tinggal di sebuah desa terpencil. Keberadaan desa terletak di Lembah Modole. Namun nama desa tersebut belum atau tidak diketahui oleh masyarakat umum.

Sebab desa tersebut sangat terpencil dan belum memeluk agama apapun atau masih menganut kepercayaan yang disebut dengan animisme dan dinamisme.

Kala itu, masyarakat hidup rukun dan damai walaupun belum mengenal zaman modern.

Adil dikenal masyarakat setempat sebagai sosok yang mampu melihat masa depan melalui telapak tangannya. Sebab di desa tersebut, tak jauh dari pemukiman mereka, atau di seberang Sungai Wailamo, ada salah satu tempat yang dipercayai memiliki kekuatan gaib.

Terutama Adil, karena tempat itu sebagai tempat pertapaan Adil dalam meminta dan menerima kekuatan gaib selama bertahun-tahun. Salah satunya yaitu bisa melihat masa depan ketika selesai dari pertapaan tersebut.

Tempat itu adalah sebuah Goa Batu. Di atas Goa tersebut tidak ada tumbuhan yang bisa hidup, bahkan rumput sekalipun.

Baca juga: Cakalele Menantimu

Suatu ketika, Adil berkunjung atau bertapa di Goa tersebut. Setelah bertapa dua tahun dan selesai dari pertapaannya itu, Adil kembali ke kampungnya dan menjalani kehidupan seperti biasa dengan masyarakat setempat.

Karena desa atau kelompok masyarakat terpencil sehingga mereka belum mengenal uang. Yang mereka kenal adalah sistem barter.

Jadi, hasil kebun biasanya ditukar dengan hasil tangkapan ikan, atau hasil berburu di hutan dan meramu sagu untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau masyarakat sehari-hari.

Baca juga: Juni Menyepi

Selain itu, kebiasaan masyarakat setempat setiap pertengahan tahun dilaksanakan sebuah upacara atau masyarakat setempat menyebut dengan syukuran Padi Baru (padi ladang).

Padi Baru adalah sebuah acara perayaan syukuran hasil panen padi ladang. Sebelum hasilnya dinikmati dalam keluarga, hasil panen pertama dilakukan dengan syukuran atau makan bersama di sebuah Rumah Adat yang dalam bahasa setempat disebut dengan Halu.

Halu adalah tempat pertemuan- pertemuan adat seperti; acara pengantin baru, dan tempat menyelesaikan berbagai permasalahan sosial, termasuk upacara syukuran hasil panen padi ladang dan lain-lain yang berkaitan dengan upacara adat dilaksanakan di tempat itu.

Halu atau Rumah Adat dibuat unik sesuai dengan budaya setempat. Di atasnya atau atapnya berbentuk seperti perahu bersayap. Luasnya disesuaikan dengan banyaknya masyarakat dan tidak terlalu tinggi.

Sehingga ketika masyarakat memasuki tempat itu dengan merundukkan kepala sebagai wujud penghormatan atau sakral. Sebab tempat itu sangat dijunjung tinggi kerena disediakan untuk upacara-upacara adat.

Beberapa tahun kemudian, Adil kembali lagi bertapa di Goa Batu. Kali ini, Adil bertapa selama 4 tahun lamanya. Sesudah bertapa Adil mendapat petunjuk tentang suatu peristiwa yang akan menimpa masyarakat setempat.

Sehingga, Adil kembali ke kampung dan menceritakan itu kepada keluarganya termasuk masyarakat yang ada sebelum peristiwa itu menimpa mereka.

Adil menceritakan ramalannya saat mereka berkumpul di Rumah Adat. Sebagian ramalan Adil masyarakat memercayai yaitu: suatu saat anak cucu cece mereka menjadi guru sekolah, guru jemaat, pendeta, membuat pesawat/pilot, dan bisa membuat kapal laut/menjadi kapten kapal.

Namun banyak masyarakat yang tidak percaya adalah peristiwa tragis yang akan menimpa masyarakat, bahwa suatu saat mereka akan diperintah oleh orang berkulit putih, mata mereka seperti ikan gorango dan mereka akan menganut agama Kristen sesuai ramalan Adil tersebut.

Dan itu akan terjadi bertepatan dengan upacara panen padi ladang. Sehingga Adil memperingatkan masyarakat agar bersiap-siap meninggalkan desa tersebut.

Karena banyak masyarakat tidak percaya dengan ramalan tragis Adil. Akhirnya, pertengahan tahun 1898 masyarakat melaksanakan upacara syukuran yaitu Padi Baru dan peristiwa tragis itupun terjadi.

Malam itu, dipertengahan upacara hasil panen padi ladang. Masyarakat sedang makan minum (pesta), militer Belanda datang tiba-tiba dan membunuh semua masyarakat yang ada di rumah adat, kecuali Adil.

Adil tidak bisa dibunuh oleh militer Belanda. Karena Adil memiliki kesaktian kebal tubuh dari hasil pertapaannya itu. Sehingga Adil hanya menjadi tahanan militer Belanda.

Selain membunuh masyarakat setempat. Militer Belanda membakar seluruh rumah masyarakat termasuk rumah adat.

Namun militer Belanda membakar Rumah Adat sebanyak dua kali dan tidak terbakar. Karena di Rumah Adat tersebut ada sosok yang melindunginya.

Sehingga mereka (militer Belanda) melakukan upacara atau berdoa. Setelah upacara (berdoa) selesai, mereka membakar kembali Rumah Adat dan berhasil terbakar.

Kini, tinggal Adil seorang diri yang di tahan oleh militer Belanda. Sedangkan istri dan anak-anaknya, Adil telah menyuruh mereka untuk melarikan diri sebelum militer Belanda datang di tempat itu.

Seusai peristiwa itu, nama desa disebut dengan Hoan Itutu'u dalam bahasa Modole yang artinya Desa Terbakar atau Desa yang dibakar.

Bersambung ...
Weda, 05 Juni 2023
Arnol Goleo [11:52]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun