Pelaporan PP-PMKRI atas penodaan agama  diduga di lakukan oleh Sdr. Rizieq. Jika di cermati awal mulanya seperti pelaporan biasa pada umumnya. Yaitu ada sekelompok orang yang memang merasa tak nyaman atas perbuatan seseorang maka orang tersebut dilaporkan ke pihak kepolisian.
Namun ternyata dibalik itu ada benang merah dalam sejarah bangsa  yang berkaitan dengan proses pengkaderan politik kebangsaan di negeri ini.
Mengapa saya menyebut PMKRI sebagai macan tidur. Karena memang selama ini PMKRI walau bernama Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik  Indonesia. Tetapi pada konsep perjuangannya adalah menjadi wadah kader politik kebangsaan  yang bercirikan Katholik. Jadi keanggotaannyapun tidak inklusif yakni tidak wajib harus Mahasiswa Katholik.  Sama dengan lembaga  pendidikan yang dikelola oleh Yayasan-yayasan Katholik yang bertujuan untuk mencerdaskan siswanya tanpa harus melihat latar belakang agama yang bersangkutan.
Jadi kesimpulannya PMKRI adalah organisasi pengkaderan mahasiswa calon pemimpin bangsa ini bernafaskan dan dan dijiwai oleh ajaran katholik. Jadi dia (PMKRI) bukanlah  organisasi agama, atau apalagi organisasi mahasiswa yang membela Katholik. Cuma untuk mereka yang tidak cerdas akan selalu memandangnya jika ada label agama maka dianggap sebagai pembela agama yang bersangkutan.
Mau buktinya,  lihat beberapa saja kasus  izin-izin gereja yang di persulit, atau pembangunan gereja yang banyak di demo-demo. Jarang sekali kita melihat PMKRI tampil untuk membelanya. Karena memang PMKRI dilahirkan bukan untuk berpikir dan membela secara  sektarian seperti itu.
Menjadi kader PMKRI artinya menjadi kader untuk bangsa dan Negara yang multi etnis, suku dan agama. Apapun bentuk nya, baik menjadi kader dalam bidang politik, ekonomi, sosial, hukum, birokrasi pemerintahan dll. Maka harus siap menjadi kader untuk semua orang dan bukan menjadi kader yang hanya focus pada kelompoknya saja.
Cobalah tanyakan saja kepada tokoh-tokoh bangsa di Republik ini yang mengerti sejarah kebangsaan sejak tahun 1947, pemilu 1955, Revolusi 1965, Peristiwa Malari, Pembubaran NKK/BKK 1978, Reformasi 1998 dan sampai saat ini. Pada umumnya mereka akan tahu dan mengenal apa itu organisasi PMKRI yang bermarkas di Jalan Sam Ratulaie 1 Jakarta Pusat ini. Cuma saja ekspos kegiatan  organisasi ini tidak seheboh seperti organisasi  mahasiswa extrakurikuler lainnya.
Karena memang sudah menjadi ciri khas PMKRI Â yakni lebih focus kepada kualitas pemikiran bukan kepada jumlah kader yang banyak. Karena dengan kualitas berpikirlah bangsa ini dapat dibangun menuju lebih sejahtera.
Jadi jelas, bahwa PMKRI adalah organisasi mahasiswa yang menciptakan kader kebangsaan dan dalam sejarahnya  telah berpartisipasi aktif melahirkan kader-kadernya sejak Tahun 1947. Tak perlulah saya sebutkan satu-satu persatu siapa saja tokoh-tokoh yang di lahirkan oleh organisasi ini. Tapi yang terpenting adalah hasil dari pengkaderannya telah mempengaruh ragam politik nasional Indonesia.
Kembali kepada pelaporan PMKRI Â atas dugaan penistaan agama oleh Si Riziek. Marilah kita cermati dengan bijak, Â karena selama ini PMKRI tak pernah dalam sejarahnya melaporkan oknum atau personal yang dianggap diduga menodai agama.
Lalu pertanyaannya mengapa? Riziek dilaporkan ke Bareskrim? Apalagi domain yang menyangkut Katholik bukanlah domain PMKRI masih ada KWI dan lembaga-lembaganya yang terkait?
Ternyata bukan itu urusannya, bukan pula domain focus pada penodaan agama ? rasanya terlalu kecil untuk membawa-bawa nama PMKRI ke urusan melaporkan satu orang ke kepolisian. Apalagi urusan itu adalah urusan akidah orang Kristiani.?
Jadi kemungkinan pelaporan PMKRI tersebut karena akhir-akhir ini politik kebangsaan yang semakin diusik oleh beberapa oknum yang selalu meniupkan sentimen-sentimen keagamaan. Apalagi perilaku oknum tersebut mulai menyerempet teman dekat PMKRI Â sejak Republik ini berdiri yaitu HMI yang sebagian anggotanya telah di tangkap dalam demo anarkis 411.
Kejadian seperti inilah nampaknya mulai di sadari oleh beberapa pimpinan PMKRI. Yaitu jika politik sektarian ini terus dihembus-hembuskan oleh oknum-oknu tertentu. Maka cepat atau lambat akan mengarah kepada disintegrasi bangsa. Meraka tak mau bangsa ini dipecah belah oleh manusia-manusia kemarin sore yang cuma pandai berteriak dijalan dan memprovokasi massa dengan mengatas namakan agama. Â
Gugatan tersebut, seolah mau memberi signal kepada pihak-pihak yang bermain dibelakang ini. Bahwa jika kondisi ini terus di hembus-hembuskan maka sebagai orang Katholik pun yang tadi nya dianggap tidak bersuara, tidak pernah menanggapi caci maki murahan ala jalanan seperti itu, akhirnya juga punya batas kesabaran.
Pesan adanya batas kesabaran yang terusik inilah, nampaknya mau di ingatkan oleh PMKRI kepada semua pihak agar jangan main-main jika menyangkut politik dengan etika kebangsaan Indonesia.  Ada saatnya  untuk tampil membela ke Indonesiaan.
Apalagi jika dilihat para pimpinan PMKRI yang tampil adalah wajah-wajah mereka khas dari Indonesia Timur dengan baret merah bol kuningnya.
Artinya ada pesan khusus yang disimbolkan dalam bentuk perlawanan utk mengugat mereka-mereka  yang seolah selama ini mendominasi sebagian politik di negeri ini, dan mereka-mereka itu sekarang, diduga  sedang  mencoba memecah belah bangsa ini hanya demi kepenting politik sempit kelompoknya.
Semoga saja peringatan PMKRI ini menyadarkan semua pihak agar lebih hati-hati dan lebih ber-etika dalam berpolitik dibangsa ini. Bukan dengan cara-cara yang yang tidak etis lalu segala cara dipakai hanya demi memuaskan syahwat politik kelompoknya saja.
Sekali lagi kepada PMKRI maju terus … bangsa ini masih membutuhkan sumbangsih pikiran kritis dari para kader-kader mu, sebagai penyeimbang politik kebangsaan di negeri ini…
Eccl,.et patria.
Salam nusantara…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H