Hasil nyata buah pemikiran beliau, konsep pan nusantara yang sekarang menjadi Repubkl Indonesia. Konsep melawan penjajah dengan pan asianya, melahirkan pemikiran adanya pembentukkan persatuan Negara-negara  Asean dan perbagai persatuan Negara regional lainnya. Kesemuanya bertujuan demi meningkatkan hubungan ekonomi maupun politik untuk perdamaian dunia.
Tapi sayang Tan Malaka yang begitu terkenal pemikirannya, Akhirnya hilang dan kabarnya jenazahnya  50 tahun kemudian diduga ditemukan di sekitaran gunung Wilis Jawa-Timur? Sungguh tragis manusia satu ini, dihargai di negeri orang tapi mati misterius di negeri sendiri.
Hal yang sama hampir mirip dengan pak Archandra, sampai saat sebelum beliau diangkat terjadi menteri ESDM, tidak ada yang kenal dia, siapa dia sesungguhnya, apa prestasinya. ?
Tapi ternyata diam-diam beliau telah mengukir presitasi di negeri paman sam, tanda bukti hasil karyanya adalah beberapa pengakuan hak paten atas nama beliau. Melanglang buana dinegeri orang tidak membuat dia melupakan tanah airnya untuk membangun negeri  ini. Persis sama apa yang dialami oleh Tan Malaka.
Tragis memang, jika Tan Malaka hilang secara misterius di Jawa Timur, Maka persamaannya Archandra harus kehilangan kewarganegaraanya,  hanya karena Negara ini belum siap untuk mengakomodir hasil karyanya dalam artian beliau dengan terpaksa harus berkarir di negeri paman sam. Coba jika negara mampu merekrut orang seperti beliau saat setelah lulus ITB dan  sebelum berangkat ke USA maka ceritanya akan lain lagi.
Kembali dengan alasan tidak mengakui kewarganegaraan Archandra sama saja dengan menolak dia untuk kembali berkarya di negeri kelahirannya sendiri. Sungguh tragis nasib Uda Archandra.
Kita tahu banyak sesepuh minang, Â mulai dari Mohammad hatta, Syarir, Haji Agoes Salim dll,. sebagai founding fathers bangsa ini. Bahkan Tan Malaka mencetuskan pan nusantara yang akan melahirkan Republik Indonesia inipun, perjuangan mereka seolah tanpa diingat, Â nyatanya seseorang cucu mereka yang berasal dari negeri minang telah ditolak kehadirannya, hanya karena alasan administrasi kewarganegaraan.
Pak Archandra!  Kewarganegaraan boleh tidak diakui. Statusnya masih tetap seolah stateless tanpa kewarganegaraan. Tapi satu hal agar semua orang tahu, Pak Archandra tentu masih penikmat rendang sejati dengan berbagai pernak pernik kuliner  lainnya yang terkenal dari negeri tempat dia dilahirkan di besarkan yakni negeri minang.
Jangan sampai kuliner Minangpun suatu saat menjadi stateless, artinya masakan minang justru akan tidak diakui alias ditolak, dan bisa jadi lembaga pengakuan itu bukan dari minang, malah mungkin saja dibuat oleh orang di luar minang yang tak mengerti sejarah kuliner tapi hanya tahunya bersilat lidah soal hukum dan administrasi semata. Bahkan bisa jadi akan penolakan ini justru menjadi pintu masuk untuk diakui oleh negeri atau daerah  lainnya.Â
Memang ironis di negeri ini....
Salam nusantara,..