Mohon tunggu...
Nolwi
Nolwi Mohon Tunggu... Usaha sendiri -

Akar kekerasan adalah kekayaan tanpa bekerja, kesenangan tanpa hati nurani, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa moralitas, ilmu tanpa kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan, politik tanpa prinsip.(Mahatma Gandhi 1869-1948)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok Nyaris Menerima Kekecewaan: Belajarlah dari SBY, Prabowo dan Lainnya

10 Maret 2016   00:20 Diperbarui: 10 Maret 2016   02:45 2623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika benar bahwa Ahok sudah mempunyai keputusan pasti, akan maju melalui jalur independen. Maka hal ini secara tanpa sadar Ahok sudah mulai mengelaminir atau mulai mengurangi rasa harapan terlalu besar yang tadinya mendapat dukungan oleh partai politik tapi nyatanya sampai hari ini masih menggantung. Namun sebetulnya dukungan secara terang-terangan barulah dari partai Nasdem.

Tentu ini adalah manuver cerdas dari sebuah partai yang baru satu kali mengikuti pemilu dan seolah mengikuti apa yang menjadi keinginan sebagian besar dari rakyat Jakarta pada umumnya. Jualan konsisten dalam mendukung suatu keputusan dan berani membela calon pemimpin yang nyata-nyata telah berbuat untuk rakyat. Membuat partai ini pelan tapi pasti mulai dilirik sebagian orang yang mungkin saja kecewa dengan parpol lain yang selalu berteriak paling kencang membela wong cilik tapi nyatanya sampai hari ini tak pernah mengambil sikap.

Jika Ahok masih menggantungkan harapan didukung oleh parpol tertentu. Maka sudah pasti dari kacamata politis lobby-lobby demikian adalah penting. Terutama jika dari prospek jangka panjang, agar dia mendapat dukungan diparlemen, sehingga saat dia terpilih tidak selalu direcoki oleh parlemen akan hal-hal yang tidak substansi dalam membangun Jakarta.

Maka sebaiknya sekarang Ahok jangan pernah lagi berharap pada satu parpol, tapi berharaplah kepada beberapa parpol yang masih ada peluang untuk mendukungnya. Karena dimata rakyat Jakarta Ahok mempunyai nama dan integritas yang serius dalam membangun Jakarta.

Dengan modal ini beberapa parpol mungkin akan tetap meliriknya. Walaupun sejarah masa lalu ada hal-hal yang membuat parpol tertentu kebakaran jenggot alias tersinggung dengan gaya Ahok yang meledak-ledak. Tapi terakhir baru disadari gaya yang meledak-ledak ternyata itulah yang menjadi cirikhas Ahok dalam memimpin Jakarta.

Segala isi perut dan hati, tercermin apa yang di keluarkan dengan kata-kata oleh Ahok. Kalimat langsung yang kadang menohok lawan politiknya membuktikan itulah cermin kejujuran Ahok. Kalau bicara Ya, ya tetap konsisten, bukan sebaliknya di lain kesempatan bicara Tidak? Kalau bilang gusur ya gusur karena tidak ber-izin, bukan mencla mencle tergantung perintah induk semang parpolnya? Tipe seperti ini lah yang menjadi trending dikalangan kaum muda. Bukannya sibuk dengan basa-basi kesana kemari seolah membela rakyat tapi nyatanya tidak.

Jika berharap hanya mendapat dukungan dari satu parpol saja, maka bersiaplah suatu saat akan dikecewakan oleh partai tersebut. Tapi jika sebaliknya Ahok mendekati banyak parpol maka kekecewaan itu tetap selalu akan bisa di elaminir atau dikurangi. Seperti apa yang kita saksikan akhir-akhir ini.

SBY pernah dikecewakan saat dia menjadi menteri. Belajar dari rasa kecewa itu dia bertekad melahirkan partai politik sabagai kendaraan politik untuk merealisasikan ide-idenya dalam membangun rakyat Indonesia.

Prabowo demikian juga, dua kali menjadi calon dan terakhir tetap konsisten maju menjadi paket pasangan Presiden RI. Jika kita me-flash back kembali disaat pengusungan calon presiden, betapa kecewanya pak Prabowo. Bahkan curhat beliau mengatakan untuk bertemu saja harus menunggu berjam-jam dan hasilnya nihil yaitu tak pernah terjadi pertemuan.

Demikian juga Rustriningsih yang digadang-gadang dari Bupati Kebumen lalu naik manjadi wakil gubernur Jawa Tengah. Terakhir saat pencalonan paket pemilihan gubernur periode berikutnya men jelang penutupan pendaftaran namanya mulai redup?

Ingat juga ibu Risma, yang mengawali karirnya sebagai PNS di pemda kota surabaya, lalu masuk ikut pilkada dalam paket sebagai wakil walikota. Saat dia menjadi wakilah integritas dia mulai dilirik oleh rakyat Surabaya.

Kalau tidak salah saat pilkada berikutnya karena walikota terdahulu sudah dua periode maka yang dimajukan adalah ibu Risma sebagai walkot dan walikota lama sebagai wakil. Posisinya seolah dibalik dengan harapan agar ibu Risma mudah untuk diatur-atur.

Tapi nyatanya setelah ibu Risma saat memimpin punya gaya sendiri dan terkesan selalu bertentangan dengan wakilnya yang dulu mantan bosnya juga. Kegaduhan politik ini sempat ramai beberapa saat.
Setelah sempat tenang sesaat akhirnya barulah keseriusan Risma dalam membangun Surabaya bisa lebih fokus dan rakyat terus terang menyukai pemimpin model seperti ini.

Eh masalah kembali terjadi, saat perebutan pengisian posisi wakil walikota yang sempat kosong beberapa saat. Adanya masalah baru, dimana sampai hari ini masalah itu menjadi misterius. Tapi yg kita saksikan saat ini terdengar kabar bahwa ibu Risma akan mundur dari walikota jika wakilnya dipilih bukan atas persetujuan dia. Bahkan dalam wawancara live oleh metro tv Risma menangis menitikan air mata tetap akan mundur karena tekanan yang begitu kuat terhadap dirinya.

Belajar dari cerita ibu Risma, Rustriningsih, Prabowo dan SBY. Tentunya Ahok tidak mau dikecewakan seperti mereka. Sebelum kekecewaan itu datang paling tidak dia sudah menyiapkan rencana cadangan untuk mengatasi permasalah yang ada. Dengan segala konsekuensi dan resiko yang akan ia hadapi.

Ahok menyiapkan rencana cadangan jika memang akan dikerjain seperti mereka-mereka yang saya sebutkan diatas. Rencana ini tentu saling berkait, saling kunci memegang kepentingan masing-masing masih ada beberapa parpol yang mengintip peluang akan rencana cadangan Ahok ini.

Karena ada mutualisme simbiosis artinya ada kerjasama yang saling menguntungkan antara Ahok dan partai-partai yang akan mendukungnya. Ahok butuh kendaraan, sementara parpol perlu dukungan suara yang lebih besar untuk jangka panjang sebagai pemenang politik. Keduanya jika digabungkan maka terlihat seperti yang saya analisa dan yang berkaitan dengan keuntungan dari kerja sama tersebut.

Jadi kalau ada partai yang pura-pura jual mahal tidak mau mendukung Ahok, maka peluang suaranya akan direbut oleh partai lain. Suara dalam arti bukan hanya saat pilkada DKI tapi suara bahkan sampai ke pemilihan Presiden mendatang.

Untuk partai baru seperti Nasdem sudah pasti dia mau menciptakan dulu brand image terlebih dulu. Dikemas sedemikian rupa bagaimana agar terlihat bahwa Nasdem adalah konsisten dalam me-restorasi rakyat Jakarta untuk lebih sejahtera.

Bagi partai Demokrat, belakangan agak tenggelam oleh karena kasus-kasus korupsi yang melibatkan beberapa pengurusnya. Tentunya mereka juga akan berusaha menunjukkan kepada rakyat bahwa konsisten untuk membelah kebenaran seperti apa yang dikerjakan oleh Ahok sekarang ini.

Khusus untuk partai Gerindra, dengan segala hormat mungkin kepengurusan ditingkat wilayah DKI tidaklah selalu cocok dengan Ahok. Karena Ahok keluar dari Gerindra sebagian besar ada banyak tukang kompor di level ini yang membangkitkan emosi sesaat. Setelah Ahok benar-benar keluar dari Gerindra barulah terlihat bagaimana efeknya. Tapi hubungan secara pribadi, beberapa kali Ahok mengatakan bahwa dia masih tetap berhubungan baik dengan pak Prabowo maupun pak Hashim. Ini artinya apa, artinya masih ada peluang jika Ahok akan didukung oleh Gerindra.

Jika benar terjadi demikian, maka nama Gerindra akan kembali moncer bahkan bisa-bisa untuk pemilu mendatang Gerindralah yang akan banyak dilirik oleh rakyat Jakarta. Asalkan kualitas ditingkat kepengurusan wilayah Jakarta lebih diasah agar semakin cerdas.

Partai lain seperti PAN, PPP, PKB  akan berhitung jika melihat perkembangan yang ada ternyata calon-calon nya yang selama ini digadang-gadang justru selalu berkomentar miring terhadap Ahok dan jika dibiarkan akan kontraqproduktif berimbas pada suara partai mendatang. Maka bukan tidak mungkin mereka akan berbalik mendukung Ahok.

Kalau sudah demikian anda bisa menebak sediri apa yang akan terjadi dalam persaingan partai politik khususnya diwilayah Jakarta. Kekecewaan suatu parpol akan menjadi peluang untuk mendapatkan simpati rakyat terhadap parpol lainnya.

Kondisi demikian sudah menjadi hukum pasar. Yakni menjual produk terbaiklah yang akan dilirik oleh konsumen.

Siapa yang menjadi produk, ya Calon Gubernur. Siapa yang menjadi konsumen ya Rakyat. Jangan sampai parpol menjual produk yang berkualitas buruk.
Maka cepat atau lambat rakyatlah yang akan menghukumnya. Serta pemenang dari kompetisi ini adalah mereka yang berhasil menguasai pasar, artinya mereka yang bisa memyakinkan konsumen/rakyat.

Salam nusantara...

*) foto ilustrasi : kompasiana.com/opajappy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun