Kalau tidak salah saat pilkada berikutnya karena walikota terdahulu sudah dua periode maka yang dimajukan adalah ibu Risma sebagai walkot dan walikota lama sebagai wakil. Posisinya seolah dibalik dengan harapan agar ibu Risma mudah untuk diatur-atur.
Tapi nyatanya setelah ibu Risma saat memimpin punya gaya sendiri dan terkesan selalu bertentangan dengan wakilnya yang dulu mantan bosnya juga. Kegaduhan politik ini sempat ramai beberapa saat.
Setelah sempat tenang sesaat akhirnya barulah keseriusan Risma dalam membangun Surabaya bisa lebih fokus dan rakyat terus terang menyukai pemimpin model seperti ini.
Eh masalah kembali terjadi, saat perebutan pengisian posisi wakil walikota yang sempat kosong beberapa saat. Adanya masalah baru, dimana sampai hari ini masalah itu menjadi misterius. Tapi yg kita saksikan saat ini terdengar kabar bahwa ibu Risma akan mundur dari walikota jika wakilnya dipilih bukan atas persetujuan dia. Bahkan dalam wawancara live oleh metro tv Risma menangis menitikan air mata tetap akan mundur karena tekanan yang begitu kuat terhadap dirinya.
Belajar dari cerita ibu Risma, Rustriningsih, Prabowo dan SBY. Tentunya Ahok tidak mau dikecewakan seperti mereka. Sebelum kekecewaan itu datang paling tidak dia sudah menyiapkan rencana cadangan untuk mengatasi permasalah yang ada. Dengan segala konsekuensi dan resiko yang akan ia hadapi.
Ahok menyiapkan rencana cadangan jika memang akan dikerjain seperti mereka-mereka yang saya sebutkan diatas. Rencana ini tentu saling berkait, saling kunci memegang kepentingan masing-masing masih ada beberapa parpol yang mengintip peluang akan rencana cadangan Ahok ini.
Karena ada mutualisme simbiosis artinya ada kerjasama yang saling menguntungkan antara Ahok dan partai-partai yang akan mendukungnya. Ahok butuh kendaraan, sementara parpol perlu dukungan suara yang lebih besar untuk jangka panjang sebagai pemenang politik. Keduanya jika digabungkan maka terlihat seperti yang saya analisa dan yang berkaitan dengan keuntungan dari kerja sama tersebut.
Jadi kalau ada partai yang pura-pura jual mahal tidak mau mendukung Ahok, maka peluang suaranya akan direbut oleh partai lain. Suara dalam arti bukan hanya saat pilkada DKI tapi suara bahkan sampai ke pemilihan Presiden mendatang.
Untuk partai baru seperti Nasdem sudah pasti dia mau menciptakan dulu brand image terlebih dulu. Dikemas sedemikian rupa bagaimana agar terlihat bahwa Nasdem adalah konsisten dalam me-restorasi rakyat Jakarta untuk lebih sejahtera.
Bagi partai Demokrat, belakangan agak tenggelam oleh karena kasus-kasus korupsi yang melibatkan beberapa pengurusnya. Tentunya mereka juga akan berusaha menunjukkan kepada rakyat bahwa konsisten untuk membelah kebenaran seperti apa yang dikerjakan oleh Ahok sekarang ini.
Khusus untuk partai Gerindra, dengan segala hormat mungkin kepengurusan ditingkat wilayah DKI tidaklah selalu cocok dengan Ahok. Karena Ahok keluar dari Gerindra sebagian besar ada banyak tukang kompor di level ini yang membangkitkan emosi sesaat. Setelah Ahok benar-benar keluar dari Gerindra barulah terlihat bagaimana efeknya. Tapi hubungan secara pribadi, beberapa kali Ahok mengatakan bahwa dia masih tetap berhubungan baik dengan pak Prabowo maupun pak Hashim. Ini artinya apa, artinya masih ada peluang jika Ahok akan didukung oleh Gerindra.
Jika benar terjadi demikian, maka nama Gerindra akan kembali moncer bahkan bisa-bisa untuk pemilu mendatang Gerindralah yang akan banyak dilirik oleh rakyat Jakarta. Asalkan kualitas ditingkat kepengurusan wilayah Jakarta lebih diasah agar semakin cerdas.