Anggota Partai politik yang selalu menggaungkan isu sara juga akan bertebuk tangan bahagia karena telah berhasil melengserkan seorang calon gubernur dengan berbagai cara . Apapun caranya asalkan sukses.
Anggota partai politik yang menganggap Ahok penghianat juga akan pestapora karena sang penghianat selama ini akhirnya gagal juga untuk dicalonkan menjadi gubernur.
Jakarta akan kembali ke periode rutinitas menghabiskan APBD dengan pembangunan yang minim. Kembali ke sistem lama semua dilakukan sesuai birokrasi yang ada, kalau bisa lambat kenapa harus dipercepat agar terlihat seolah telah bekerja keras.
Gubernur DKI cuma enak bicara saja tak perlu bekerja keras tinggal perintah dengan gaya feodal tempo dulu. Dihormati orang sekitarnya walaupun prestasi kerja nol.
Gubernur baru akan mengembalikan modal selama pencalonan dengan merangkul semua pihak agar dicari win-win solution agar semua sama-sama enak.
Pedagang kaki lima yang tak beraturan akan kembali kesemula, kembali ke jalan ramai bisa berjualan bebas asal setoran siluman lancar semua bisa diatur.
Konsep mengatasi banjir akan dibiarkan begitu saja, ada banjir yang paling Cuma ditinjau bagi nasi bungkus indomie. Setelah banjir bahan bantuan habislah, kembali kerutinitas semula.
Program Busway akan terbengkalai karena tidak ada lagi yang teriak-teriak untuk memonitor semua diserahkan ke dinas masing-masing.
Program sampah akan tercecer, tim-tim honor kerja kebersihan akan ditiadakan karena dianggap menghabiskan uang pemda. Maka program ini akan dihapus dikembalikan ke swasta yang masih ada hubungan KKN dengan proyek-proyek di pemda.
Program lurah dan camat promosi akan terkendala akan distop karena, karir seseorang dikembalikan ke lamanya jam terbang dia berkarir jadi bukan kepada keahliannya atau ke profesionalnya.
Program pembersihan tempat2 kumuh di jakarta akan terlantar juga akan di stop dan akan dikembalikan ke swasta untuk dijadikan proyek baru.