Mohon tunggu...
Nolwi
Nolwi Mohon Tunggu... Usaha sendiri -

Akar kekerasan adalah kekayaan tanpa bekerja, kesenangan tanpa hati nurani, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa moralitas, ilmu tanpa kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan, politik tanpa prinsip.(Mahatma Gandhi 1869-1948)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Setelah Mengaku Aktivis, Berkuasa, Lalu Negara Ini Seperti Milik Nenek Moyangnya?

11 Februari 2016   00:02 Diperbarui: 11 Februari 2016   11:47 2144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat Orde Baru berkuasa setelah aktifitas kampus dibungkam dengan kegiatan NKK/BKK alias normalisasi kegiatan kampus. Demo-demo terhadap pemerintahan Soeharto semakin jarang bahkan hampir tidak ada sama sekali. Jika ada sedikitnya saja bibit bakalan demonstrasi maka mata-mata dikampus sudah bergentayangan lalu intimidasi terhadap mahasiswa yang bersangkutan terus dilakukan bahkan sampai diancam untuk diberhentikan dari kuliah. Caranya mereka menekan aktivis mahasiswa melalui tangan penguasa dikampus untuk menandai mahasiswa yang menjadi target lalu di tekan agar keluar dari kampus atau diancam untuk dikeluarkan. Kalau tidak maka kampus tersebut terancam untuk ditutup.

Mulai sejak itu hampir-hampir demo-demo mahasiswa tak pernah ada. Lama vakum bahkan jika ada yang mau berdemo seolah dianggap aneh atau dianggap setengah gila dengan kenekatannya.

Tapi jangan lupa ditengah tekanan tersebut, masih ada sekolompok mahasiswa yang berani untuk mendemo kenaikan listrik di kantor Menteri Pertambangan, demo tersebut kalau tidak salah dipimpin oleh Sdr. Primus Interpares tahun 1986. Demo terbuka dihadapan para wartawan mereka menuntut agar tarif listrik diturunkan.

Atas keberanian ini maka menjadi semacam inspirator pemicu dikampus-kampus lainnya utk agar lebih berani berdemo. Mulai muncul demo soal kedung ombo, kalau tidak salah dimotori oleh Romo mangun dan sdr Stanley dan beberapa aktivis lainnya.

Keberanian untuk berdemo menentang kebijakan orde baru yang tidak pro rakyat semakin rutin terjadi di kampus-kampus sampai menjelang 1998. Orasi-orasi didepan kampus, membakar ban bekas, menutup jalan adalah pemandangan sehari-hari yang dilakukan oleh aktivis kampus. Pidato di atap mobil, berteriak-teriak kesana kemari, bernyanyi-nyanyi ria keliling-keliling bagai pawai kemeriahan menjadi pemandangan sehari-hari.

Awalnya gerakan ini terkesan tanpa koordinasi, masing-masing cuma menonjolkan kampus-kampus masing-masing, bahkan di kampuspun tidak semua kompak maasing-masing menonjolkan fakultasnya seolah yg paling ramai untuk berdemo dan sebagainya.

Tapi setelah terjadi peristiwa penembakan Mahasiswa di Universitas Trisakti dan kejadian ini di blow up oleh media nasional maupun Internasional maka kondisi semakin ramai.

Lalu terjadilah perstiwa semanggi II seorang mahasiswa teknik UI tertembak di dekat Kampus Atmajaya Jakarta, saat itu kejadian menjelang maghrib. Jaraknya tempat Yun Hap tertembak hanya beberapa meter saja dari penulis berdiri.

Maka sejak peristiwa itu tuntutan kepada rejim penguasa yakni rejim orde baru untuk mundur semakin bergema. Demikan juga banyaknya panser lalu lalang di seputaran jembatan semanggi yang berhadapan langsung dengan kampus Atmajaya, saat itu menjadi tempat berkumpulnya para aktivis dari berbagai daerah.

Setelah peristiwa penembakan tersebut maka beberapa hari kemudian tepatnya 21 Mei 1998 Soeharto mengundurkan diri.

Perlahan-lahan situasi politik membaik. Euphoria lengsernya orde baru terjadi dimana-mana, mahasiswa bernyanyi-nyanyi dengan masyarakat dengan berbagai kendaraan mobil yang digunakan keliling-keliling di berbagai ruas jalan protokol di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun